How to Understand Yourself?

05.50 0 Comments A+ a-


Hari itu kami melakukan sharing session kepada para talenta-talenta muda. Hadir di panel adalah seorang CEO, seorang Marketing Director, seorang Corporate Communications Director dan seorang HR Director. Mereka saling berbagi pengalaman mereka, tantangan yang mereka alami dan apa yang membuat mereka berhasil menapak karier sampai posisi puncak. Dan talenta-talenta yang masih muda itu pun sangat terkesima mendengarkan kisah hidup mereka (yang senior) yang disampaikan dengan jujur, terbuka, dan tanpa tedeng aling-aling.

Semua menceritakan bagaimana mereka berjuang membangun karier mereka, termasuk high points and lowest points of their careers. Ada yang menceritakan bagaimana dalam masa-masa sulit sebagai expatriate di negara lain, keluarganya stres dan harus dirawat psikiater.
Ada yang menceritakan bahwa pada satu tahun yang sulit, dia kehilangan ibunya (meninggal) dan bercerai dengan suaminya.
Ada yang menceritakan bagaimana dalam sebuah krisis di kantornya, dia diteror dan harus dikawal oleh bodyguard selama 24 jam.

Semua ceritanya menarik, karena memang mereka semua belajar bahwa untuk maju, ternyata mereka semua harus menghadapi tantangan yang luar biasa!
Tidak ada nakhoda handal yang lahir di lautan yang tenang. Semua nakhoda handal harus mampu berlayar di lautan yang penuh ombak, topan dan badai. Tetapi semua pembicara pada hari itu sepakat bahwa one of the most important factor of your success is to understand yourself (mengerti diri Anda sendiri).
Tentu saja ini relevan, karena tidak semua orang bisa mengikuti jejak yang sama.

Setiap orang perlu membuat peta, rencana dan jejak langkahnya sendiri. Karena tidak ada jenjang karier yang  bisa di-copy-paste dan dilakukan oleh orang lain.
Every path is unique. Makanya, understanding yourself is becoming very important and relevant.

Kemudian ada seorang peserta yang mengacungkan pertanyaan. Dan dia bertanya, “What do you mean by understanding yourself?”
Bener juga pertanyaannya, dan pinter juga nih anak.
Semuanya bisa bilang, you have to understand yourself. Tapi maksudnya apa, sih?

Nah, hari ini kita kupas yuk tentang understanding yourself.
Apa yang harus kita mengerti dati diri kita, jiwa kita, personality kita dan karakter kita?
Berikut adalah hal-hal yang harus kita mengerti dari diri kita sendiri.

a) Understand your dream

Pertama kali Anda harus tahu tujuan hidup Anda. Understand your dream. Accept the fact that everybody’s dream is different.
Gantungkan cita-citamu setinggi langit. Jangan takut kalau Anda ditertawakan orang karena mimpi Anda kelihatan mustahil. Bangun mimpi Anda, dan bekerja keraslah untuk mencapai mimpi Anda.

b) Understand your potentials
Kedua , Anda harus membangun percaya diri Anda. Semua orang sukses adalah orang-orang yang mempunyai percaya diri (self-confidence) yang tinggi. Dan Anda bisa membangun self-confidence ini dengan mendata semua achievement yang Anda miliki di masa lalu.
Daftarkan hal-hal di mana Anda lebih baik dari orang lain.
Daftarkan hal-hal di mana Anda enjoy melakukannya.
Dan Anda daftar di mana passion Anda.
Di situlah area di mana Anda akan berpotensi untuk berprestasi lebih tinggi dari yang lain.
Lakukan ketiga langkah ini: Understand your potential, Build your confidence, and Perform at maximum level

c) Understand your priority
Anda sudah tahu mimpi Anda. Anda sudah tahu potensi Anda.
Itu ibaratnya Anda sedang memegang kunci mobil. Anda tahu tujuan Anda dan bensin mobil Anda sedang penuh. Apa yang Anda tunggu? Putar kuncinya, nyalakan mesinnya, dan jalankan mobilnya!
Anda sudah tahu tujuan Anda. Anda tahu potensi Anda. Apa lagi yang Anda tunggu?
Mulailah bekerja keras, meraih sukses Anda dan menggapai mimpi Anda. Tidak ada yang bisa menggantikan kerja keras. Anda terpaksa harus bekerja keras siang dan malam. Itu yang dilakukan oleh orang-orang sukses sebelum Anda.
Dan itu yang harus Anda lakukan sekarang. Tidak ada jalan pintas menuju kesuksesan Anda.
Karena Anda harus bekerja keras untuk mencapai mimpi Anda, berarti Anda harus tahu prioritas Anda. Bekerja keras, mengembangkan kompetensi Anda, mengembangkan karakter Anda agar Anda bisa meraih mimpi Anda.
Jangan terpengaruh teman-teman Anda untuk always have fun bersama mereka. Remember, you and your friends have different dream. Don’t let them become the obstacles and prevent you from achieving your dreams.
Understand your priority, Stick to them, and Work hard to achieve your dream

d) Understand how to handle the failures
Dalam perjalanan panjang Anda untuk mencapai sukses, sayangnya perjalanan Anda akan mengalami masa-masa sulit dan banyak kegagalan.
Jangan pernah percaya bahwa orang-orang sukses itu tidak gagal. Berkali-kali, mereka semua pernah gagal. Tetapi mereka tahu bagaimana untuk bangkit dengan gagah berani setelah kegagalan yang mereka alami.
Anda harus belajar untuk menangani kegagalan dengan positif.
Lakukan eksperimen dengan gagah berani
Kalau sukses, teruskan dan lakukan eksperimen yang lain
Kalau gagal, ambil pelajaran darinya dan tingkatkan kemampuan Anda
Coba lagi

e) Understand your limits

Terakhir, jangan lupa mengenal batasan Anda. Anda boleh bekerja keras mengejar mimpi dan ambisi Anda. Tapi ingat semua orang punya limit dan batasan masih masih. Jangan sampai kerja keras Anda di luar batas stress Anda. Ingat, Anda harus memberi penghargaan untuk diri Anda sendiri.

Life is a marathon. It is going to be a long journey. Take a break and celebrate every single success that you achieve (no matter how small they are).
Remember the most important factor to build your success is to understand yourself, and you can do it by:
a) Understanding your dream
b) Understanding your potentials
c) Understanding your priority
d) Understanding how to handle the failures
e) Understanding your limits


Pambudi Sunarsihanto

What Creative Leaders Do?

17.09 0 Comments A+ a-


(Apakah yang dilakukan leader-leader yang creative?)

Kadang-kadang saya sengaja mengundang beberapa anak muda (kurang dari 30 tahun) untuk berdiskusi dan makan malam dari mereka.
Kadang-kadang mereka ingin menanyakan sesuatu kepada mereka, tetapi seringkali saya juga belajar banyak dari mereka.
Often, they have a lot of brilliant ideas we can learn from ...

Malam itu saya mengundang dua anak muda di Setia Budi One, yang kebetulan dekat dengan kantor saya.
Sebut saja namanya Adi dan Win, dua-duanya bekerja sebagai Marketing Manager (di perusahaan yang berbeda) ....

Sambil melahap soto betawi dan gado-gado kesukaan saya, mereka pun memulai pembicaraan.

"Pak Pam, kami sering bekerja dengan leader-leader di perusahaan kami. Ternyata ada dua macam leader pak.
Ada result based leaders. Mereka ini business performance nya bagus banget pak. Tapi orangnya boring  banget pak. Ngomongnya kerjaan melulu.
Pusing deh. Apa lagi kalau kerja dengan Millenial seperti kami. Gak nyambung banget deh pak.
Kemudian ada golongan kedua. Business leader yang fun banget, enak diajak ngobrol, sangat perhatian kepada anak buahnya, bahkan suka nraktir.
Tapi business performance nya hancur. Jadi biasanya baru setahun lebih dikit juga sudah diganti.

Apakah harus begitu sih pak?
Apakah memang untuk menjadi great business leader itu memang orangnya harus boring?
Apakah untuk menjadi good people leader itu memang akan membuat susah perform?
Apakah ada leader  yang performance bisnisnya bagus dan juga perhatian sama anak buahnya?"

Anak anak muda itu menanyakan sesuatu yang sangat menarik.
Dan pertama kali mari kita jawab dulu... jawabannya... ADA!
Dan tentu saja da leader yang performance bisnis nya bagus dan mampu memotivasi serta men-develop team membernya.
I have met many of them.
And I am lucky to work for some of them.
I call them creative leaders.

The next question is what do they do differently?
Remember they are  not doing different things.
They still work hard to achieve their challenging objectives.
They still make sure they develop and  motivate people.
The just do (the same) things differently.

Let's see what they do .

1. They Change the language

Those creative leaders communicate differently.
Using different methods of communication (email, one to one, post it note, fun meeting, fun team activity, poster on the wall ...)
They also use different words , different sentences that make you want to listen to them.
They are fun to listen, they are clear and easy to understand, so the followers have no trouble to follow them.
They dont use complicated words to show off how smart they are, or to test the intellectual skills of their people.
Mereka hanya berbicara dan berkomunikasi dengan jujur dan tulus dari hati ke hati.

2. They Have a lot of ideas

Leader leader yang kreatif itu asyik banget... kita akan enjoy dan have fun kalo kerja sama mereka. Mereka ini punya banyak ide dan suka mencoba coba teknik baru untuk memecahkan masalah.
Idenya gak ada habis habisnya, aneh-aneh, seringkali ditertawakan orang pada awalnya, tetapi kemudian seringkali terasa benar pada akhirnya.

3. Surprise with the obvious

Banyak ide yang pada awalnya terasa obvious. dan kita gak memikirkan , tetapi mereka sempat sempatnya memikirkan idea itu , dan pada akhirnya terasa banget manfaatnya buat bisnis.
Why? Because they take time to think and look at different perspective before they start a task.

4. Fail fast, learn fast, Fix Fast

Since they like to try new things (and they encourage his team to do the same), mereka suka mencoba coba, kadang kadang berhasil, kadang kadang gagal.
Tetapi kalau mereka gagal, mereka akan belajar dari situ, memperbaiki situasi dan segera move on dari kegagalan tersebut.

Remember, they are  not just good leaders, they are creative leaders!

Sudah, sekarang gak usah berandai-andai dan bilang,"Seandainya saja saya punya leader seperti itu"
Lebih baik memulai dari diri sendiri dan mencoba menjadi leader yang lebih baik dan lebih creative ....
Remember this is what they do differently ...

1. Change the language
2. Have a lot of ideas
3. Surprise with the obvious
4. Fail fast, learn fast, Fix Fast

Let's apply those in our daily work.



Pambudi Sunarsihanto

DEVELOP STRONG CHARACTERS for YOUR CHILDREN

17.48 0 Comments A+ a-

DEVELOP STRONG CHARACTERS for YOUR CHILDREN
(Membentuk karakter yang kuat untuk anak-anak anda)

Hari itu saya sedang beristirahat dan bersantai di tepi telaga Sarangan. Tetapi meskipun saya berada di tempat yang sangat sepi, saya beruntung bisa berdiskusi tentang pendidikan anak, melalui WhatsApps dengan seorang sahabat saya.

Sebut saja Namanya Arini, seorang teman seangkatan saya dari ITB.
Anaknya Arini mengambil jalur pendidikan dari Pondok Pesantren Gontor, kemudian mengambil S-1 dan S-2 di Malaysia dengan beasiswa di bidang Finance. Dan tahun depan dia sedang berjuang untuk memdapatkan beasiswanya ke Jepang (S-3 Finance). Wow!

Kami mempunyai kesamaan pola dalam mendidik anak-anak kami. Anak saya sendiri bersekolah SMP dan SMA di Singapura, dan sekarang mendapatkan beasiswa di bidang Chemical Engineering di Amerika.
Meskipun kelihatannya Malaysia berbeda dengan Amerika (di mana mereka kuliah), dan tentu saja Pondok Gontor berbeda dengan Singapura (di mana mereka mendapatkab pendidikan menengah mereka), tetapi sebenarnya banyak sekali kesamaan dalam mendidik mereka.

Karena sebenarnya prestasi akademis itu adalah bungkus luarnya saja, atau mungkin puncak dari gunung es (the top of the iceberg). Yang seringkali orang lupa adalah karakter kuat yang harus kita tumbuhkan di dalam diri anak-anak kita sebelum mereka mencapai prestasi mereka (semangat yang tinggi, rajin belajar, pekerja keras, pantang menyerah ... dll).

Di sinilah kami memiliki kesamaan. Pertama: bagaimana kami harus membentuk karakter yang kuat dan seimbang. Kedua, bagaimana kami membantu anak-anak kami di masa-masa sulit mereka.
Kita bahas satu per satu.

Pertama, kami tidak mempercayai bahwa akademis adalah satu-satunya hal yang harus ditekankan pada anak anak kita. Dunia berubah begitu cepat. Mereka harus mempunyai karakter yang kuat, agar mereka juga mempunyai learning agility (kemampuan mempelajari hal yang baru), serta stamina dan keseimbangan mental menghadapi persaingan yang makin lama makin ketat.
Jadi apa saja yang mereka butuhkan?
Olahraga: menumbuhkan keinginan untuk mencapai yang terbaik dengan mematuhi peraturan yang berlaku (being competitive while respecting all the rules)
Seni: menumbuhkan kreativitas untuk menciptakan sesuatu yang baru. Creativity and Innovation akan sangat dibutuhkan di masa depan
Akademis: jelas tanpa prestasi akademis yang sulit, tentu saja akan sulit berkompetisi di masa depan
Spiritual (agama), untuk membuat anak-anak kita selalu bersyukur terhadap apa yang mereka punyai dan mereka capai.

Keseimbangan dalam empat hal itulah yang sangat dibutuhkan anak-anak kita. Tanpa keseimbangan itu, mereka tidak akan mempunyai karakter yang kuat.
Itulah kenapa angka bunuh diri di kalangan remaja beberapa negara sangat tinggi. Itulah kenapa , ada sebuah negara di mana mereka cenderung mempunyai prestasi akademis yang tinggi, namun mereka jarang berinovasi (karena penekanan akademis yang terlalu tinggi dan kurangnya pendidikan seni).

Tugas kita sebagai orang tua adalah membentuk karakter yang kuat dengan menyeimbangkan keempat hal di atas (akademis , olahraga, seni dan agama).

Terus bagaimana kita bisa membentuk karakter yang kuat pada anak-anak kita?
Kita ikuti lima rekomendasi di bawah ini ....

a) Build strong fondation for their  characters

Pada saat anak-anak kita masih di usia dini, mari kita membentuk karakter yang tangguh dan seimbang. Ini sama pentingnya dengan memacu prestasi akademis.
Jangan sampai anak anda mempunyai prestasi akademis yang cemerlang tetapi tanpa kepribadian yang kuat. Ini yang membuat beberapa mahasiswa yang lulus dengan IP tinggi tapi ternyata tidak mampu mencapai karier yang pesat berkembang.

b) Create a balance of academic, sport, art and spiritual.

Kuatkan fondasi karakter mereka dari segi olahraga, seni, agama dan (tentu saja) akademisnya.
Keempat hal itu harus seimbang. Dan anak anak anda akan membutuhkan itu semua dalam perkembangan ekonomi global yang menuntut anda untuk cerdas, competitive, innovative dan tetap seimbang dalam life-style mereka.

c) Challenge them to build and reach their dreams

Menjadi orang tua bukan hanya mengiyakan apa yang mereka katakan. Kadangkala mereka sendiri tidak tahu atau tidak percaya diri dengan kemampuan mereka sendiri. Challenge mereka untuk mencapai yang terbaik. Gantungkan cinta-cita mereka setinggi langit.
Jangan paksakan sesuatu ke mereka, Biarkan mereka memilih field yang mereka ingin tekuni. Tetapi setelah mereka pilih , challenge them to achieve their best.

d) Motivate, listen and help  them

Perjalanan mereka mencapai cita-cita mereka akan berat. Motivasi lah mereka. Dan mereka pasti akan menghadapi masalah di tengah jalan: beratnya masalah, kejenuhan, kebosanan dan kadang-kadang keputusasaan.

Anaknya Arini pernah ingin meninggalkan Gontor dan  menjalankan sekolah normal di Bandung. Anak saya pernah menangis dan ingin keluar dari Singapure karena beratnya persaingan sekolah di sana.
Tugas kita bukanlah memarahi mereka atau mengkritik mereka. Tugas kita adalah mendengarkan, mengerti mereka, membantu mereka dan memotivasi mereka!

Show your unconditional love. Tell them you love them,  no matter what the end result will be, as long as they do their best.

e) Lead them by examples
Last but not least, pendidikan dan pembentukan karakter yang terbaik itu bukan dengan kata-kata atau bentakan. Yang terbaik adalah dengan memberikan contoh dan teladan yang baik. Anda ingin akan anda belajar, ya anda harus belajar.
Anda ingin anak anda berolahraga, ya anda harus  berolahraga.... etc ... etc.
It is called “parenting by example”, yang jauh lebih effektive dibandingkan dengan sekedar kata-kata atau nasihat.

Jadi ingat ya, untuk membentuk karakter yang kuat pada anak-anak anda, lakukan kelima langkah ini:
a) Build strong fondation for their  characters
b) Create a balance of academic, sport, art and spiritual
c) Challenge them to build and reach their dreams
d) Motivate, listen and help  them
e) Lead them by examples





Pambudi Sunarsihanto

3 Parenting Styles

00.04 0 Comments A+ a-

The 3 PARENTING STYLES
(Tiga cara mempengaruhi anak-anak anda)

Sebut saja namanya Rudy, seorang teman kuliah saya, yang sekarang bekerja di sebuah perusahaan asing, Pagi itu kami sarapan di sebuah warung di daerah Blok M. Sambil bercerita mengenang tentang cerita masa lalu, kemudian dia mengeluh tentang anaknya. Anaknya ini ternyata kurang berprestasi di sekolahnya. Dan setiap kali dikasih tahu disuruh belajar, anaknya tidak mau menurut. Rudy sangat mengkhawatirkan masa depan anaknya, dan bingung bagaimana memberitahu anaknya untuk belajar dan mempersiapkan masa depan.

Menjadi orang tua, sebenarnya adalah juga menjadi leader. Anda menjadi leader untuk anak-anak anda. Dan seperti seorang leader jaman NOW, sekarang ini memang sulit sekali memerintah kepada seseorang (apakah itu anak buah anda di kantor atau anak kandung anda di rumah).
Ini bukan lagi jaman perang revolusi, di mana kalau komandan menyuruh prajurit lompat ke jurang, prajurit akan segera menuruti perintah komandan.

Apa yang terjadi dengan Rudy? Rudy tidak bisa lagi memerintahkan anaknya untuk belajar. Rudy tidak bisa lagi memaksa anaknya untuk belajar. Kalaupun Rudy memaksa anaknya, kemudian anaknya masuk kamar dan tidak belajar juga, Rudy mau ngapain? Atau kalaupun Rudy menungguin anaknya , duduk di sebelahnya, dan anaknya tidak belajar dengan sepenuh hati, dan pelajarannya tetap tidak masuk ke otak anaknya, Rudy mau ngapain?

Jaman sudah berganti, ini jaman digital, ini jaman K-Pop, ini jaman NOW, di mana kalau anak buah (atau anak kandung) anda, tidak mengerti “mengapa” mereka harus melakukan sesuatu, mereka tidak akan pernah menjalankannya.
Simon Sinek, seorang guru management terkenal (speechnya menjadi salah satu speech paling popular di TED Talk), menyarankan bahwa sebagai seorang leader, we always have to “START WITH WHY”. Artinya bahwa kita harus menjelaskan dulu semuanya dengan “mengapa” mereka harus melakukannya.
Simon bahkan menyarankan agar kita …

a) Memulai dengan “WHY” (mengapa kita melakukan sesuatu)
b) melanjutkan “HOW” (bagaimana kita melakukan sesuatu)
c) dan hanya setelah melakukan kedua hal di atas, maka kita bisa menjelaskan the “WHAT” (apa yang harus dikerjakan)

Lihat urut-urutannya! Memang agak panjang. Tetapi kalau kita menjelaskan dengan urutan itu, maka mereka akan melakukannya dengan sepenuh hati. Padahal banyak leader (atau orang tua), yang karena sibuk atau tidak punya waktu atau malas menjelaskan, seringkali hanya mengatakan “apa yang harus dilakukan”. Kita hidup pada jaman “Nike culture” … just do it!
Padahal itu mungkin bukan metode paling tepat. Dan itulah mengapa banyak leader yang gagal mempengaruhi anak buahnya dan banyak orang tua yang gagal mempengaruhi (influencing) anak-anak kandungnya!

Sekarang kita kembali ke teman saya Rudy, yang mengalami kesulitan untuk mempengaruhi anaknya untuk belajar. Rudy mestinya belajar dari seorang tukang kayu (handyman) yang mempunyai banyak tool (alat) untuk menyelesaikan masalah yang berbeda. Seorang handyman akan datang ke rumah anda dengan membawa banyak alat untuk memperbaiki rumah (palu, gergaji, obeng, kunci Inggris, tang …dll). Jadi untuk permasalahan yang berbeda, tukang kayu akan menggunakan alat yang berbeda. Bayangkan apabila si tukang kayu hanya mempunyai palu. Semua masalah akan diselesaikan dengan palu, gak bisa begitu kan? Nanti pecah semua kaca-kaca di rumah itu.
Anda tertawa? Padahal mungkin saja sebagai orang tua kita melakukan hal itu. Ada orang tua yang hanya punya satu style untuk mempengaruhi anaknya ….
Ada orang tua yang hanya bisa memarahi anaknya … (kayaknya anaknya salah terus)
Ada orang tua yang hanya bisa sayang-sayang kepada anak (tidak perna memarahi anaknya)
Ada orang tua yang hanya bisa menyuruh belajar (tanpa pernah memberikan contoh)
Ada orang tua yang hanya bisa memberi uang (sepertinya semua masalah beres dengan uang)

Intinya, banyak orang tua yang hanya mempunyai satu style of influencing. Padahal mestinya seperti tukang kayu, mereka harus mempunyai banyak alat, mempunyai banyak cara (style) untuk mempengaruhi anak-anak mereka. Agar mereka bisa menggunakan cara yang tepat pada situasi yang tepat!

Nah, terus apa saja yang style yang bisa dipergukanan sebagai orang tua?
Lets make it simple. Kita akan membahas 3 style yang kita bisa pergunakan …
A) PARENTS AS TEACHER (Orang Tua sebagai Guru)
B) PARENTS AS COACH (Orang Tua sebagai Coach/Pelatih)
C) PARENTS AS FRIEND (Orang Tua sebagai Teman/Sahabat)

Kita bahas satu persatu ya …

a) PARENTS AS TEACHER (Orang Tua sebagai Guru)

Pada saat anak-anak kita masih kecil, dari balita, dan seringkali sampai SD, memang banyak hal dalam kehidupan yang belum diketahui oleh anak-anak kita. Nah, di sini memang orang tua harus menjadi guru yang baik. Style nya adalah “I teach you, you listen”, Orang tua mengajari, anak-anaknya mendengarkan. Gunakan kesempatan di sini, di mana anda akan mengajari anak-anak anda, dan mereka akan lebih banyak mendengarkan.
Berarti sebagai guru yang baik, anda harus mempunyai banyak cara, agar anda bisa “menyajikan” pelajaran anda dengan baik agar anak anda TERTARIK untuk mendengarkan anda.
Anda ingat kan, waktu sekolah dulu, ada guru yang menarik, dan ada banyak guru yang membosankan. Nah anda harus mempelajari banyak cara untuk menjadi guru yang baik:
Bercerita (STORY TELLING) - Memperagakan (DEMONSTRATING)
Menyuruh anak-anak berpraktek (LEARNING BY DOING)
Memberikan contoh yang baik (ROLE-MODELLING) 
- …dst …dst

Nah, dengan cara itulah anak-anak anda akan lebih tertarik untuk mendengarkan. Saya masih mengenang pada saat ayah saya menceritakan Mahabarata, membuat alat peraga dari Matematika, menerangkan pelajaran IPA, mengkiritik puisi karangan saya …dst ..dst. He was my teacher. Dia adalah guru saya. Dan kemudian pada saat menjadi ayah, saya juga berusaha menerapkan hal-hal tersebut dan berusaha menjadi guru yang baik untuk anak-anak saya.
Tetapi kemudian mereka akan tumbuh menjadi remaja. Dan jarang sekali remaja yang mau mendengarkan orang tuanya kan? Ya iya, karena remaja itu MERASA sudah tahu segalanya. Gak ada gunanya menjadi guru bagi mereka, they will not listen to you (mereka toh gak akan mau mendengarkan anda juga).
But it is ok, itu hanya berarti anda perlu mengganti style anda ke style berikutnya. Jangan menjadi guru lagi bagi mereka ….

b) PARENTS AS COACH (Orang tua sebagai coach/pelatih)

Seorang coach itu tidak akan menjadi guru, tidak akan mengajari lagi. Mana mau anak-anak mendengarkan orang tuanya. Mereka merasa pintar. Gak ada gunanya lagi banyak-banyak menggurui. Gak akan didengarkan. Kalau dipaksa akan conflict dan berantem. Makanya banyak orang tua yang berantem sama anak-anaknya. Karena orang tuanya pengin terus menerus menjadi guru (keep telling the children what to do), padahal seharusnya mereka menjadi coach (pelatih) yang baik.

Style nya coach itu berbeda. Style nya adalah “ASK, LISTEN, ASK AGAIN ….” (Bertanya, mendengarkan, dan bertanya lagi). Jadi coach itu bukan berkata,”Pokoknya kamu harus belajar!”
Tetapi ini yang dilakukan seorang coach…
ASK (bertanya):” Jadi nanti kalau kamu sudah besar , kamu ingin jadi apa?’
LISTEN (mendengarkan), misalnya anaknya akan menjawab,”Aku belum tahu. Tapi aku ingin pekerjaan yang banyak jalan-jalan ke luar negeri”
ASK AGAIN: “Itu ide yang bagus. Banyak sih , misalnya jadi pilot, pramugari, konsultan …., kira-kira kamu lebih suka jadi apa?”
LISTEN,”Belum tahu….”
ASK,”Gak apa-apa, tapi kan kamu tahu, untuk semua yang pakai jalan-jalan ke luar negeri, mereka harus jago bahasa apa?”
LISTEN,”Bahasa Inggris ya?”
ASK,”Nah! Kamu sendiri ngerti! Kalau gak bisa bahasa Inggris, bagaimana kamu bisa pergi ke luar negeri. Jadi mulai sekarang apa yang harus kamu lakukan?”

Itulah yang dilakukan orang tua sebagai coach. Menciptakan sebuah dialog, dimana orang tua hanya bertanya, dan membantu anaknya menemukan jawaban mereka sendiri!
Bukannya terus menerus menggurui, dan terus menerus menyuruh anaknya belajar, pantes aja berantem terus!
Jadi ingat, akan ada waktu tertentu, di mana anak-anak anda tidak mau lagi digurui oleh anda, dan itu berarti anda harus mengubah style anda dari seorang guru menjadi seorang “coach”.

c) PARENTS as FRIENDS
Setelah anak anda beranjak dewasa, bahkan dimulai dengan saat mereka duduk di bangku SMA, akan sulit sekali memerankan peran sebagai teacher dan coach.
Mereka merasa sudah tahu banyak. Dan memang kadang-kadang dalam beberapa hal, mereka memang sudah tahu banyak! Apalagi dengan smartphone yang membuat mereka connected to all informations dalam waktu beberapa detik saja, dibandingkan dengan kita yang harus cari informasi ke perpustakaan atau toko buku dulu. Menggunakan style sebagai teacher dan coach mungkin hanya akan menambah jumlah conflict. Objective nya gak tercapai, conflict dan berantemnya nambah. Repot kan?
Di sini, terkadang kita bisa memainkan peranan sebagai “FRIEND”, sebagai sahabat baik.
Sahabat baik itu selalu berusaha mendengarkan (kalau dia cerita kita dengarkan, kalau dia tidak cerita it’s okay dan jangan dipaksa).
Kadang anak kita hanya mencari teman yang bisa mendengarkan. Jadi belum tentu sebuah masalah langsung dibahas , dicarikan solusinya atau dimarahi anaknya. Just listen first.

Tetapi anda juga bisa berperan sebagai sahabat yang baik , yang juga bisa memberikan saran dan pendapat (PADA WAKTU YANG TEPAT), yaitu ketika anak kita sedang open mind dan siap menerima saran kita!
Di sinilah anda akan menjalankan style anda sebagai teman yang baik, dan mempengaruhi mereka di saat yang tepat, setelah mendengarkan curhat mereka.
Kunci seorang teman baik itu adalah : a lot of listening and understanding, and only after that giving the advise (banyak-banyak mendengarkan dan mengerti, dan baru setelah itu memberikan saran).
Ok, jadi kita baru saja membahas tiga parenting style:

a) PARENTS as TEACHER
b) PARENTS as COACH
c) PARENTS as FRIEND
Hati-hati memainkan peran anda, pada saat yang tepat, gunakanlah style yang tepat.
Jangan menjadi friend pada saat anak anda masih kecil dan membutuhkan teacher, jangan menjadi teacher pada saat anda beranjak remaja dan membutuhkan coach dan juga jangan menggurui pada saat anak anda membutuhkan friend yang baik.
Gunakan style yang tepat pada saat yang tepat.

Semoga dengan teknik-teknik ini, anda dapat mempengaruhi mereka untuk rajin belajar untuk mencapai cita-cita mereka.



Pambudi Sunarsihanto

Learning Organization

19.52 0 Comments A+ a-

Copy Paste Kultwit of @HandryGE
CEO GE Indonesia, Dr Handry Satriago
- 2017

1. Tahun ini saya genap 20 tahun bekerja di GE. Ingin share apa yang saya alami dan pelajari selama 20 tahun tersebut
2. Banyak yang tanya, kenapa tahan selama itu bekerja di satu perusahaan? well...value seseorang dalam bekerja berbeda2x.
3. Buat saya, ada dua hal penting dlm bekerja : 1. kesempatan utk selalu bisa belajar, dan 2. bekerja bersama orang2x yg luar biasa.
4. Di GE, windows of learning ini terbuka lebar...karena perusahaan ini tak malu mendeklarasikan diri sebagai learning organization.
5. Sebagai learning organization, perusahaan terus belajar dari kesuksesan dan kegagalan. Dan hormat pada kompetisi yang sehat.
6. LO tak lagi membuat change dan transformation seperti sebuah projek khusus. Santai aja, berubah is natural survival process.
7. Berubah selalu beresiko dan selalu ada kemungkinan gagal. Tapi kalau tidak pernah dimulai, kapan belajarnya?
8. Sebenarnya, yang terpenting dalam change maupun transformasi perusahaan adalah pembentukan budaya adaptif dari para pegawainya.
9. Mungkin ini adalah kekuatan GE terbesar selama ini...keselalu-siapan-berubah dari para pegawainya. Plus speed of change-nya.
10. Dalam dua tahun terakhir ini, GE berubah dari "big iron" company ke "big data" company. Why? because this is the future!
11. Perubahan perusahaan itu perlu mendekatkan "the future" kepada "current operation"..inilah inti dari Strategic Management.
12. So, dalam 20 tahun ini...salah satu hal penting yang saya pelajari adalah "memiliki mentalitas untuk selalu belajar"...
13. Sehingga kita "tak perlu takut menghadapi perubahan dan kesalahan"..if you have done your best, result adalah alat pembelajaran"
14. Mentalitas siap belajar itu juga membuat kita dapat terbuka menerima perbedaan dan respek terhadap keberagaman.
15. Bukan berarti selalu setuju dgn pendapat or sudut pandang orang lain, tapi menerima bahwa orang berhak punya sudut pandang lain.
16. Tak jarang saya berdebat habis2xan dan tetap tidak setuju ketika keputusan sudah dibuat...tapi tak membuat saya jadi benci.
17. Karena kalau jadi benci maka pintu pembelajaran saya tertutup, dan kesempatan saya bekerjasama di lain waktu juga hilang.
18. Saya juga belajar tentang resilience"...daya tahan untuk tidak mudah menyerah, apalagi kalau ide saya ditentang oleh atasan.
19. Dulu tuh, kalau sudah ditentang atasan, apalagi orang asing yg ngomongnya lebih jago, sering hilang percaya diri dan mutung.
20. Padahal belum tentu mereka lebih tahu dari apa yang kita tahu. Apalagi kalau yang selama ini mengerjakannya adalah kita.
21. Perlu strategi "mundur selangkah untuk maju dua langkah" dalam memperjuangkan ide. Dan yang penting harus selalu humble.
22. Ngasih ide or pendapat ke orang lain, apalagi pimpinan, kalau mulainya sudah songong, jalannya jadi tambah susah untuk diterima.
23. Arogan dan songong sering melahirkan "enemy"..musuh yg kemudian membenci kita...bukan "opponent" lawan berpendapat yang asik.
24. Saya juga belajar untuk dapat meng "influence", diperlukan data yg akurat. Playing cheap trick akan hilangkan kredibilitas.
25. Nah hal kedua yang membuat saya betah kerja di suatu tempat adalah karena saya dikelilingi orang2 yang membuat saya semangat.
26. Bekerja itu adalah "we" bukan "I". Ini konsep penting..apalagi kalau jadi leader.
27. Kita harus percaya pada the power of "working together". Sistem matrix di GE membuat tak ada orang yg bisa kerja sendirian.
28. Respect others...treat others the same...ini petuah bos saya pertama kali saya kerja di GE. Sampai sekarang saya pegang terus.
29. Nggak ada gunanya "nyikut" atau "jelekin" orang lain utk bisa naik karir. Kerja aja dgn baik dan fun...karir itu result kok.
30. Karir itu result? iya! mungkin ada sebagian orang yg dapet karirnya dengan main politikan...tapi yg saya lihat sih ga sustainable.
31. Main "politikan" dalam berkarir itu jalan yg melelahkan...ga fun lagi. Capek mikirin ntar orang lain bakalan ngapain ke kita.
32. Saya sih percaya pada rumusan : learning, respect others, working as a team, improve diri, humble, and...fun! dalam berkarir.
33. Satu hal lagi dlm bekerja adalah be profesional, prinsip saya sederhana: "selama gaji diambil, do the best to finish your work!"
34. Face reality...ini hal penting lagi dalam kerja. Tak semua hal berjalan seperti yg diinginkan. Review, reflect, dan improve.
35. Tentu ada saatnya kita bosan, capek, ngerasa tidak di "treat fairly", dsb. Untuk itu saya selalu cari cara untuk "recharge".
36. Proses "recharge" saya biasanya adalah dengan bicara kepada para mentors dan seniors. Learn from others.
37. Kadang saya baca buku..atau saya ambil cuti untuk cari inspirasi...atau cari tantangan lain..ngetweet misalnya :)
38. Pada akhirnya, kerja itu harus "Fun"...walaupun bukan dalam bidang yg kita inginkan. Harus dicari lah faktor "fun" ini.
39. Hidup itu kan ga pernah gampang. Tapi bisa dibikin "fun" kalau mau usaha. Tergantung kita juga pada akhirnya.
40. Gitu yak! namanya juga sharing...bisa aja sesuai dengan kalian, bisa juga enggak. Ambil yg ada manfaatnya aja. Salam!

Balancing Your Life

21.03 0 Comments A+ a-

BALANCING YOUR LIFE

Sabtu pagi yang cerah itu saya dijemput oleh sahabat saya Harry, dengan Fortuner nya.
Kami menuju ke Bintaro untuk bertamu ke seorang kolega yang tinggal di sana.

“Apa kabar, Harry?” tanya saya . Ternyata Harry sedang tidak begitu sehat, beberapa kali dirawat di rumah sakit, bahkan beberapa kali tidak sadar tiba-tiba (blank) dan harus diantarkan ke UGD oleh tetangganya.

Memang wajar, pekerjaan Harry sebagai Board of Director sebuah BUMN ternama tentunya memang menyita seluruh waktu dan energinya, dan tentu saja dengan level stress yang sangat tinggi. Tetapi, apakah memang harus seperti itu? Ingat, perjalanan kita masih panjang. Hidup ini bukan lari sprint 100 m, hidup itu kan marathon, jangan sampai kita pingsan (atau sakit ) di tengah jalan.

Sebenarnya konsepnya sama seperti mengendarai mobil. Kalau mobil anda berjalan kencang di jalan tol (anda bekerja dengan beban yang tinggi), berarti anda harus sering-sering cek radiator anda (sering sering beraktivitas untuk melepaskan stress anda).
Kalau anda menyetir dengan kecepatan tinggi di jalan tol, anda lupa cek radiator anda, akibatnya bisa fatal , mungkin mobil anda harus “turun mesin”. Jangan sampai otak anda harus turun mesin karena  anda terlalu stress.

Tidak lama kemudian mobil yang kami naiki pun sampai lah ke daerah Bintaro dan akhirnya kami tiba di rumah Billy yang kami kunjungi.
Billy adalah seorang Director si sebuah perusahaan Multinasional terkenal.
Dan ternyata selain kariernya yang cemerlang, Billy juga seorang pelari marathon, hobby otomotif dan senang menjadi barista untuk menjamu tamunya dengan kopi racikannya sendiri.

Pak Billy juga menjadi Director. Mestinya pekerjaannya juga menyita waktu, perhatian dan energynya. Mestinya stressnya juga tinggi. Tapi ternyata pak Billy sehat, fresh dan happy happy saja tuh.
This means that he can manage between his stress, his work and what he should do to balance them.

Tentu saja hobby-hobby pak Billy mahal, lari marathon ke kota-kota besar dunia, hobby otomotive dengan mobil VW-nya, dan hobby barista dengan peralatan kopinya.
Tapi buktinya itu semua membuatnya happy dan sehat.
Dan kesehatan memang mahal harganya kan?
Dan saya yakin pada awal kariernya (saat gajinya belum sebesar sekarang), Pak Billy juga tidak membelanjakan sebanyak sekarang untuk melepaskan stressnya.
Tapi tentu saja dengan naiknya kariernya dan naiknya gajinya, berarti stressnya makin tinggi, dan makin banyak waktu (dan uang) yang harus dia sisakan untuk aktivitas yang akan melepaskan stressnya.

Lets all learn from Pak Billy.
Bahwa dalam hidup ini, kita harus menyeimbangkan input dan output!
Berarti menyeimbangkan stress level kita dengan aktivitas untuk melepaskan stress tersebut.
Apa yang bisa kita lakukan?
Coba kita ikuti lima rekomendasi di bawah ini:

a) Take A Break

Sesibuk apapun anda, jangan lupa take a break. Baik beberapa break dalam sehari. Maupun beberapa break dalam satu minggu. Jangan sampai anda non-stop bekerja. Dan usahakan untuk kalau memang bekerja pada week end, anda membatasi pada hal-hal yang sangat urgent.
Dan pada saat anda take a break, benar benar lupakan pekerjaan anda, dan isilah pikiran anda dengan hal hal yang lain yang akan membangkitkan motivasi anda.

b) Healthier Life style
Cobalah terapkan hidup yang lebih sehat dengan irama tidur yang banyak dan nyenyak. Ini akan membantu metabolisme anda untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi frekwensi sakit anda.
Gak ada gunanya anda perform dengan baik di kantor, tapi anda sering sakit-sakitan. May be your company cannot rely on you during a critical time that can happen any time.

c) Positive surrounding

Kelilingilah diri anda dengan lingkungan positive yang membawa positive.
Mulai dengan diri anda, sebarkan aura positive ke semua orang. Tersenyum setiap hari, menyapa, mungkin bercerita , bercanda dan berdialog yang membuat suasana akan menjadi segar dan ceria.

Kemudian mulailah pelan-pelan memilih dan keluar dari lingkungan negative. WA group yang mungkin terlalu banyak aura negative nya, teman-teman yang tidak memberi pengaruh positive, tetangga atau bahkan keluarga yang membawa aura negative.

Usahakan bahwa aura positive yang anda terima jauh lebih banyak daripada yang negative.

d) Learn to prioritize

Belajarlah untuk memilih prioritas. Hidup kita hanya mempunyai waktu yang terbatas. Pilihlah aktivitas yang penting dan bermanfaat. Belajarlah untuk mengatakan tidak (bahkan di kantor sekalipun). Belajarlah untuk menolak ajakan untuk melalukan yang tidak penting.
Ingat bahwa anda perlu waktu untuk “take a break” dan melakukan aktivitas yang melepaskan stress anda. Berarti anda perlu waktu tambahan, dan ini hanya bisa dilakukan kalau anda menyetop melakukan beberapa hal yang tidak (atau kurang) penting.

e) Pamper yourself

Terakhir, manjakan diri anda sendiri! Hey, sebelum anda mencintai pekerjaan anda, sebelum anda mencintai keluarga anda, sebelum anda mencintai team anda atau teman-teman anda, mulailah dengan mencintai diri anda sendiri.

Lakukan sesuatu yang anda senangi. Pegilah ke tempat yang anda sukai. Belilah barang-barang yang anda sukai.
Setelah anda bekerja keras dalam pekerjaan anda, you deverve them, anda berhak memanjakan diri anda sendiri, sekali-sekali.

Jadi ingat,
bahwa hidup ini harus menyeimbangkan input dan output, dan untuk membebaskan anda dari stress anda , lakukan kelima hal ini:

a) Take A Break
b) Healthier Life style
c) Positive surrounding
d) Learn to prioritize
e) Pamper yourself

Selamat mencoba!




Pambudi Sunarsihanto

AFFRAID OF COMMITMENT

20.14 0 Comments A+ a-

Namanya Tia, Head of Marketing di sebuah perusahaan Korea di Jakarta. Malam itu dia mengajak makan malam karena ingin menceritakan konflik yang dihadapinya dan ingin meminta masukan saya. Malam itu kami makan di restoran Jepang di daerah Sudirman.

“Saya mengelola sebuah team dengan sekitar 30 karyawan. Yang langsung report ke saya ada 6 orang.  Jadi secara teratur saya rapat dengan keenam orang anak buah saya itu.”
Tia memulai ceritanya dan meneguk jus tomat di depannya.
“Masalahnya adalah saya merasa tim saya ini tidak mampu menjalankan apa yang kita putuskan di rapat tersebut. Setiap kali kita meeting, kita selalu membahas sebuah permasalahan, kita cari jalan keluarnya, dan kemudian kita putuskan. Tapi kemudian sulit sekali untuk mendapatkan komitmen dari semua orang untuk menjalankan keputusan itu dan benar-benar menjadikannya prioritas dalam aktivitas sehari-hari. Akibatnya, di meeting berikutnya kita tidak mendapatkan progres yang nyata dan seolah-olah kita jalan di tempat. Apa yang harus saya lakukan? Tia menutup curhatnya sambil menatap saya tajam tajam dengan bola matanya indah.

Saya memperhatikan bahwa masalah ini seringkali terjadi di beberapa perusahaan.
Waktu meeting semuanya diam saja (bahkan ada yang sibuk dengan ponsel) dan sama sekali tidak mendengarkan, cuma mengangguk-angguk, dan pada saat keputusan diambil sama sekali tidak berani membantah (atau menyumbang ide), tapi akibatnya juga mereka tidak komitmen dan akhirnya tidak ikut mengerjakan bagiannya sehingga keseluruhan proyek terganggu.
Ini kan tidak profesional!
Meskipun demikian, ternyata hal ini sering terjadi. Tetapi percayalah bahwa karakter seperti ini akan menjadi penghalang karier Anda di masa depan.

Kalau mau maju dalam karier Anda harus mempunyai strong track record. Dan track record itu hanya akan terjadi apabila Anda berhasil mengimplementasikan strategic initiative perusahaan.
Mengapa ini terjadi? Karena  banyak di antara kita (orang Indonesia) yang takut sekali menghadapi konflik.
Karena tidak mampu berkonflik atau berdebat dengan sehat dan diplomatis, akibatnya mereka mengindafi konflik. Jadi seolah-olah semuanya iya dan setuju saja dan ternyata akhirnya tidak dikerjakan.

Padahal konflik itu sangat bagus (selama ditangani dengan baik).
Ibarat bisul, kalau tidak dipecahkan ya selamanya akan jadi bisul, menyakitkan terus-menerus. Kalau dipecahkan mungkin memang sakit pada saat itu, tapi setelah itu kita lega dan tidak sakit lagi. Itulah konflik.
Jangan sampai kita menghindari konflik, justru harus dihadapi, diselesaikan, dan dibicarakan dengan cara yang tepat. Bagaimana dong?

Ikuti beberapa tips di bawah ini:

a) Create the CONFLICT
Jadi untuk pertama kali, ciptakanlah konflik secara sengaja.
Tanpa konflik, semua orang akan santai santai saja dan bekerja dengan usaha yang minim. Berikan target yang sulit dicapai  jadi mereka harus bekerja keras untuk mencapainya. Dalam proses pencapaian objective yang sulit itulah akan terjadi gesekan-gesekan antar tim, terjadi konflik dan permasalahan yang harus diselesaikan bersama. Inilah yang seharusnya terjadi.
Tanpa konflik, mereka tidak akan mencapai target yang sulit. Tanpa konflik mereka akan bekerja santai dan seadanya saja.

b) DEBATE openly
Setelah terjadi konflik , doronglah, ajaklah mereka untuk berdebat. Debat yang positif, santun, dan diplomatis dengan tujuan untuk memecahkan masalah. Ajaklah kedua belah pihak untuk melihat permasalahan dari kedua sisi. Ajaklah mereka untuk menempatkan diri pada posisi pihak lain. Kemudian ajaklah mereka untuk mencari solusi yang:
mampu memecahkan masalah
bisa dikerjakan kedua belah pihak
membuat kedua belah pihak mencapai targetnya

c) DECIDE together
Jangan lupa menekankan bahwa keputusan harus diambil Bersama-sama. Jadi, ajaklah kedua belah pihak untuk  berdiskusi dan  berdebat secara aktif. Jangan sampai yang satu pihak aktif berbicara dan yang satunya lagi tidak perduli atau tidak memperhatikan. Kedua belah pihak harus aktif berdebat dan berdikusi agar bisa mengambil keputusan bersama sama.

d) Make a COMMITMENT
Setelah mengambil keputusan bersama, kita harus yakinkan bahwa kedua belah pihak juga sama-sama berkomitmen untuk mengimplementasikannya.

e) EXECUTE with discipline
Anda sudah berdebat, Anda sudah memutuskan dan Anda sudah berkomitmen. Satu-satunya hal yang harus Anda lakukan adalah mengimplementasikan dengan disiplin agar tujuan yang sama  bisa dicapai.

Jadi ingat ya, this is the way to make initiative works and to make the works being implemented in your organization:
a) Create the CONFLICT
b) DEBATE openly
c) DECIDE together
d) Make a COMMITMENT
e) EXECUTE with discipline

Just remember, if you want to solve a conflict, remember DDC:
Debate
Decide
Commit
Let’s try!


Pambudi Sunarsihanto

Leadership Management

17.56 0 Comments A+ a-

Management Leadership dalam Hubungan 4 Arah

Memimpin itu bukan cuma :
1. Mengendalikan orang lain
2. Menunjukkan kekuatan
3. Memberikan arahan
Memimpin lebih dari sekedar _Hubungan Satu Arah_ yang tepat dan berkualitas. Kepemimpinan atau _Leadership_ berbicara mengenai _Seni Menciptakan dan menjaga Hubungan Totalitas 4 Arah_ yang berkualitas dan konsisten.

_*Leadership merupakan Seni Manajemen Religius dan Spiritual*_ yang berarti menciptakan serta menjaga hubungan diri sendiri dengan Tuhan, memberi kontribusi dan keimanan yang tanpa batas pada _hukum Tuhan dengan segala kebenaran yang diajarkanNya_. Hal ini bersifat _*Wajib*_ tanpa kompromi dan toleransi sehingga _setiap apa yang kita pikirkan, katakan, dan lakukan adalah kebenaran dariNya_. Seni ini menuntut setiap _Leader_ Konsisten dan tanpa kompromi karena ini adalah _Dasar Karakter Kehidupan_.

_*Leadership merupakan Seni Olah Inter Personal*_ yang merupakan seni yang diperlukan seorang _Leader_ untuk menciptakan _totalitas diri sendiri_ baik secara hati dan tindakan sehingga membentuk _sinkronisasi diri_ sehingga menghasilkan kebijaksanaan, Teladan dan _Inner Power_ yang konsisten dan terbaik. Seni ini menuntut setiap _Leader_ untuk menjaga _Integritas Diri Sendiri_ dalam menjalankan _Kewenangan dan Tanggung Jawab Pribadinya_

_*Leadership merupakan Seni Manajemen Antar Personal*_ yang berarti seni yang diperlukan setiap _Leader_ untuk _menciptakan, mempertahankan dan kemudian meningkatkan_ kapasitas Hubungan antar manusia yang _harmonis, elegan dan saling memberi manfaat_ berdasarkan _keberagaman, keterkaitan dan Proses saling ketergantungan_ yang kontinyu. Hal ini sangat erat kaitannya dengan _Kebijaksanan dan Toleransi antar manusia didalamnya_. Seni ini menuntut setiap _Leader_ untuk menciptakan _harmonisasi manusia dan lingkungan manusia_ yang berkualitas sehingga setiap peran dalam kehidupan dapat dilaksanakan dengan baik.

_*Leadership merupakan Seni Olah Spiritual Sosial*_ yang merupakan Seni paling akhir yang harus dimiliki _Leader_ yaitu mampu _Mengarahkan dan memberi teladan setiap orang pada dasar Kebenaran dalam Ketuhanan_ yang artinya _Leader_ berperan besar pada perwujudan _Komitmen, Toleransi, Kesadaran dan Keyakinan Orang lain dalam menjalankan keyakinan ketuhanannya masing-masing_. Seni ini menuntut setiap _Leader_ mampu berperan dalam kerukunan atas keberagamaan secara konsisten dan nyaman.

Leadership Berbicara Integritas dan Totalitas sebagai Seni Manajemen SDM yang Berkualita


(Fajar R D S)

Kelembaman Energi

22.24 0 Comments A+ a-

Usai liburan biasanya enggan untuk memulai pekerjaan. Dalam ilmu Fisika disebut dengan Hukum Kelembaman (Inersia), seseorang yang menikmati liburan cenderung ingin melanjutkan kenikmatan tersebut dan memerlukan energi yang besar untuk memulai yang baru. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk bersemangat melakukan sesuatu dan menjadikan kita semakin produktif.

Salah satu cara yang sekarang sedang saya coba adalah Metode Ive Lee. Metode ini berawal dari seorang pengusaha baja dan perkapalan, Charles M Schwab. Lelaki yang pernah dijuluki “master hustler” oleh Thomas Alfa Edison karena terus-menerus ingin menjadi yang lebih unggul dalam setiap kompetisi ini merupakan orang terkaya pada tahun 1918.

Suatu hari, Schwab berusaha untuk meningkatkan efisiensi kerja timnya dengan meminta bantuan konsultan produktivitas pada saat itu, namanya Ive Lee. Lelaki terkaya ini membawa Ive Lee ke kantornya dan berkata “Tunjukan ke saya cara untuk menyelesaikan lebih banyak hal”. Sang konsultan menjawab “beri saya waktu 15 menit untuk ngobrol dengan semua eksekutifmu.”
“Berapa saya harus membayar?” Schwab bertanya. “Tidak perlu membayar, kecuali kalo nanti berhasil. Setelah 3 bulan, Anda bisa kirim saya cek dengan nilai yang menurut Anda sesuai dan layak”, jawab Ive Lee.

Setelah tiga bulan, Schwab sangat senang dengan kemajuan yang telah dicapai oleh timnya di perusahaan miliknya. Lalu dia menghubungi Lee dan mengundangnya untuk datang ke kantor untuk menuliskan cek sebesar $25.000 (Cek senilai USD 25.000 yang ditulis pada tahun 1918 nilainya sama dengan cek yang bernilai kurang lebih USD 400.000). Apabila dirupiahkan setara dengan 5,6 milyar. Wow, kerja ringan selama 3 bulan menghasilkan milyaran.

Mengapa saya sebut kerja ringan? Karena yang dilakukan Ive Lee hanya empat langkah sederhana. Pertama, setiap kali kita menyelesaikan seluruh pekerjaan kita, di sore hari tulislah enam hal yang paling penting untuk diselesaikan besok. Tidak boleh lebih dari enam hal.   Kedua, buatlah skala prioritas dari keenam hal tersebut di atas. Ketiga, keesokan harinya kerjakan dulu tugas pertama hingga tuntas sebelum berpindah ke pekerjaan nomor dua, demikian seterusnya. Keempat, sore harinya buat lagi daftar enam hal penting yang dikerjakan keesokan harinya. Apabila ada pekerjaan yang belum tuntas masukan pekerjaan tersebut ke dalam daftar 6 hal tersebut. Lakukan terus menerus secara konsisten.

Orang terkaya di zamannya saja percaya dengan metode yang terlihat sederhana ini dan bersedia membayar mahal karena hasil yang didapatkan, sehingga sepertinya metode ini sangat layak kita coba. Mau? Saya pun sedang mempraktekkannya. 

Leadership With Impact

01.42 0 Comments A+ a-

BERITA burung mengenai siapa calon wakil presiden, siapa yang akan menjadi pesaing presiden inkumben, semakin santer. Sampai terkadang kita lupa pada pokok permasalahan utama: siapa yang sanggup kita pasrahi tugas berat membawa rakyat Indonesia menuju keadaan yang lebih baik, maju dan berprestasi.
Bisakah presiden terpilih untuk 5 tahun mendatang menjaga kesehatan mental dan fisik seluruh rakyatnya? Bisakah ia mendorong motivasi rakyat untuk lebih kreatif dalam memanfaatkan sumberdaya? Bisakah ia menjaga perputaran bisnis dari level paling rendah sampai level negara secara menguntungkan dan tidak menggerogoti sumberdaya negara? Bisakah ia memanfaatkan sumber daya manusia yang ada untuk mengelola negara dengan sikap dan mental yang baik sehingga rakyat lebih sadar untuk berkinerja baik, jujur dan bersih?
People make or break an organization, kata para ahli. Tidak sedikit bukti sejarah yang menunjukkan bagaimana seorang presiden dalam kinerjanya bisa merusak suatu negara. Karenanya kita perlu benar-benar berfikir dengan kepala dingin, bagaimana kiranya kinerja Presiden ini nanti dan apa dampak kepemimpinannya terhadap kita, rakyat dan negaranya secara keseluruhan. Inilah seninya, bagaimana sepasang pemimpin yang berada di menara gading dapat memberi dampak yang terasa di 13.000 pulau di Indonesia, ribuan suku bangsa, 260 juta rakyat Indonesia, dari Aceh sampai Papua. Bagaimana caranya?
Prof Peter Saville, yang tidak henti-hentinya melakukan penelitian mengenai efektivitas kepemimpinan, mengungkapkan bahwa seorang pemimpin perlu dinilai dari dampak yang ia buat, bukan dari power, kharisma atau jabatannya. Misalnya saja kita harus melihat bukan sekedar pembangunan jalan Trans Papua, Trans Sumatra dan Jawa, tetapi bagaimana dampak pembangunan tersebut terhadap emosi dan mindset rakyatnya.
Saville membuat studi dengan membandingkan antara pemimpin yang tidak banyak membuat impact, dengan yang membuat impact. Ada 3 hal yang dianggap Saville sebagai fokus kepemimpinan, yaitu: professionalism, people dan pioneering. Ternyata dari hasil survei, perbedaan fokus ini memang membawa dampak yang berbeda. Pemimpin yang tidak terlalu membawa impact ternyata lebih dominan profesionalisme dan sedikit lebih unggul di people. Sementara yang membawa dampak besar adalah pemimpin yang bisa melakukan pioneering.
“Results matter”
Dengan kesulitan yang seribu satu macam jumlahnya, seorang pemimpin memang perlu menyusun strategi yang dapat menjadi solusi jitu serta langkah eksekusinya. Seorang pemimpin juga perlu memikirkan keseimbangan dalam memilih prioritas program sambil menghitung risiko dari program yang belum di prioritaskan.
Rapor kinerja seperti angka kemiskinan, daya saing tenaga kerja, daya jual para professional, utang negara dan lainnya akan terus berjalan. Selain itu, rakyat perlu merasakan dengan nyata apakah pemimpin ini benar-benar bisa mewujudkan public services seperti perbaikan transportasi, jaminan layanan kesehatan, dan pendidikan secara nyata.
“The road ahead”
Warren Buffett mengatakan “In the business world, the rear-view mirror is always clearer than the windshield.” Inilah kenyataan yang kita hadapi. Inilah juga penyebab mengapa orang lebih sering melihat masa lampau daripada menghadapi masa depan. Jalan ke depan memang tak pasti, tetapi dalam era di mana analisis prediktif bisa kita dapatkan, kita pun bisa berharap bahwa pemimpin mampu melakukan analisis dan membawa rakyatnya bergerak maju.
Rakyat perlu melihat bagaimana pemimpin yang menjadi panutannya mampu menghadapi kompleksitas masa depan yang modern ini. Rakyat berharap pemimpin dapat menerjemahkan ketidakpastian ke dalam bimbingan yang lebih jelas, visi dan komitmen yang solid. Rakyat membutuhkan pemimpin dengan sense of purpose dan arahan yang jelas.
Keputusan-keputusan harus membawa dampak pada ketenangan rakyat. Inilah yang oleh Prof Saville disebut dengan pioneering, di mana pemimpin bisa mengarahkan energi pengikutnya ke arah purpose yang dikehendaki. Pemimpin harus menyebarkan kejelasan misinya, bisa berbagi mengenai perkembangan yang ada dan akhirnya menularkan growth mindset kepada pengikutnya.
“Get things done through other people”
Aspek yang tidak kalah pentingnya agar seorang pemimpin dapat membawa impact yang besar adalah pada caranya bekerja melalui orang lain. Jadi, efektivitasnya justru akan terlihat melalui timnya.
Dalam kasus presiden sebagai pemimpin, kita langsung bisa menyaksikan, apakah para menteri beserta eselon yang bekerja di bawahnya bisa berkoordinasi dan berkomunikasi satu sama lain. Attitude is just as contagious as a yawn. Seorang pemimpin yang ingin berpengaruh di kalangan rakyatnya juga perlu mencontohkan dengan jelas bagaimana ia bersilaturahim, memahami kegiatan rakyatnya dan mampu bermain peran dengan tepat pada setiap situasi.
Rasa cinta yang timbul pada rakyat, sebagai dampak dari sikap yang positif dan konsisten pemimpin, bisa mempengaruhi prinsip-prinsip dan visi yang dikumandangkan oleh pemimpinnya. Hubungan pemimpin dan rakyatnya tidak dibangun di ruang-ruang rapat atau pertemuan resmi, tetapi justru di jalan atau momen-momen informal.
“Leaders in action”
Di saat ketika banyak kepintaran manusia bisa digantikan mesin, kita sering lupa bahwa kinerja pemimpin tetap perlu terlihat oleh pengikutnya. Rakyat perlu menyaksikan bagaimana pemimpinnya melakukan upayanya.
Bigger results come from bigger efforts. Pemimpin juga perlu menunjukkan keberhasilan kolaborasinya. Dengan demikian pemimpin harus berhasil menggeser norma-norma professional atau norma bekerja pengikutnya. Ekspertis, eksekusi, cara mengelola risiko perlu dibuktikan dan dilihat nyata oleh pengikutnya.


Experd

MENGAPA KITA TETAP MERASA BENAR WALAUPUN SEJATINYA SALAH ?

07.05 0 Comments A+ a-



Pada tahun 1894, sebuah surat yg telah disobek2 ditemukan di keranjang sampah oleh staf dari seorang Jendral Prancis. Maka dilakukanlah investegasi besar2an untuk mengetahui siapa yg lewat bukti surat itu telah menjual rahasia militer Perancis ke pihak Jerman. Dan kecurigaan kebanyakan orang mengarah pada Letkol. Alfred Dreyfus.

Dreyfus tidak punya track record yg tercela, tidak juga punya motif untuk melakukan pengkhianatan. Cuman ada dua Kesalahan Dreyfus. Pertama, tulisannya mirip dengan surat yg ditemukan, dan lebih parah lagi, dia satu2nya pejabat militer yg beragama Yahudi. Waktu itu, Militer Perancis dikenal anti Yahudi.

Lalu rumah Dreyfus digeledah, mereka tidak menemukan bukti apapun. Tapi inipun malah dianggap sebagai bukti betapa liciknya Dreyfus. Tidak hanya berkhianat, dia juga degan sengaja menghilangkan semua bukti. Lalu mereka memeriksa personal history-nya, bahkan menginterview guru sekolahnya. Ditemukan dia sangat cerdas, menguasai 4 bahasa, dan punya memori yg sangat tajam. Maka inipun dianggap sebagai "bukti" bahwa Dreyfus punya motif dan skill untuk kerja pada agen inteligen asing. Bukankah memang agen inteligen harus punya 3 skill itu?, benarkan?.

Maka Dryfus diajukan ke pengadilan militer, dan dinyatakan bersalah. Di depan publik, lencananya dilucuti, kancing baju dicabut, pedang militernya nya dipatahkan. Peristiwa ini dikenang sebagai "Degradation of Dryfus". Saat diarak oleh massa yg menghujat dia, Dryfus teriak, "Saya bersumpah saya tidak bersalah, saya masih layak untuk mengabdi pada negara, Hidup Perancis.. Hidup Angkatan Darat". Tapi semua orang sudah tidak peduli dengan teriakannya, dan Akhirnya dia dvonis dipenjara seumur hidup di Devil's Island, pada 5 Januari 1895.

Mengapa serombongan orang pintar dan berkuasa di Perancis waktu itu begitu yakin bahwa Dreyfus bersalah?. Dugaan bahwa Dreyfus memang sengaja dijebak, ternyata keliru. Para sejarawan meyakini bahwa Dryfus tidak dijebak, dia hanya menjadi korban dari sebuah fenomena yg disebut "MOTIVATED REASONING". Yaitu sebuah penalaran yg nampak sangat logis dan rasional, padahal semua itu hanyalah usaha mencari PEMBENARAN atas suatu ide yg telah diyakini sebelumnya. Tujuannya? termotivasi untuk membela atau menyerang ide tertentu, bukan mencari KEBENARAN secara jernih, dari pihak manapun kebenaran itu berasal.

Maka kalau kita sudah mengeras sikapnya untuk sangat pro/anti partai politik tertentu, atau sudah terlanjur gandrung/benci sama seseorang, maka kita akan cenderung mengalami "motivated reasoning" ini. Apapun pendapat orang lain yg kita anggap musuh akan nampak salah di pikiran "rasional" kita. Karena memang itulah hebatnya otak kita, selalu bisa menemukan alasan rasional kenapa mereka salah, dan saya benar. Kita akan bisa mencari 1000 bukti yg membenarkan sikap kita itu. Bahkan hal2 yg sifatnya netral tiba2 jadi nampak sebagai "bukti" dari kebenaran sikap kita ini. 

Kalau hati sudah dikuasai oleh cinta atau benci, dan berketetapan, pokoknya saya pro ini, anti itu, kita akan cenderung meyakini kebenaran segala pendapat yg mendukung pendapat kita, dan mengabaiakan segala argumen yg berlawanan dengan keyakinan kita. Kita jadi kehilangan akal sehat yg adil dan proporsional dalam menyikapi segala hal. Para psikolog menyebut kesesatan pikir yg mewabah akhir2 ini: CONFIRMATION BIAS. 

Fenomena confirmation bias dan motivated reasoning ini sudah sangat jamak ditemukan di sekitar kita, bahkan kadang kita pun ikut jadi pelaku utamanya. Karena hampir semua dari kita telah mengambil sikap untuk memilih partai tertentu, suka tokoh tertentu, punya agama/madzhab tertentu, bahkan mungkin menjadi anggota fanatik supporter klub sepak bola tertentu. Semua ini telah menjadikan kita secara otomatis mudah sekali terjebak dalam 2 kesesatan pikir di atas.

By the way busway, bagaimana dengan nasib Dryfus? Adalah Colonel Georges Picquart, yg walaupun dia juga anti Yahudi, mulai berpikir, bagaimana jika memang Dryfus tidak bersalah? bagaimana jika karena salah tangkap, penjahat sebenarnya masih berkeliaran dan terus membocorkan rahasia militer Perancis pada Jerman? Kebetulan dia menemukan ada pejabat militer lain yg tulisan tangannya lebih mirip dengan surat yg ditemukan, dibanding tulisan Dryfus. Singkat cerita, atas perjuangan Colonel Picquard, Dryfus baru dinyatakan tidak bersalah 11 TAHUN kemudian. 

Yg paling menakutkan dari Motivated Reasoning & Confirmation Bias ini adalah, pelakuknya seringkali tidak menyadari dan membela pendapatnya mati2an sambil menghujat pendapat lain yg berbeda, sehingga efeknya terjadi perang mulut, bahkan di beberapa negara, terjadi  genocida, dan perang saudara.

Maka bagaimana caranya agar kita bisa berpikir lebih adil dan jernih? Bukankah Al-qur'an (dan saya rasa juga kitab2 suci lain, secara substansial) menegaskan: "Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuatmu tidak adil terhadap mereka. Bersikap adil-lah, karena itu lebih dekat dengan taqwa.

Bagaimana agar kita selamat dari 2 sesat pikir diatas? agar kita bisa membuat prediksi yg akurat, membuat keputusan yang tepat, atau sekedar membuat good judgement? Menariknya, ini tidak berkaitan dengan seberapa pintar atau seberapa tinggi IQ kita atau gelar akademis kita. Kata para ahli tentang "good judgment", ini justru berkaitan erat dengan bagaimana anda"merasa" (how you feel). Berikut beberpa Tips untuk memiliki "penilaian yg jernih" :

1. Jangan Terlalu Emosional. Semakin kita emosional, semakin kita termotivasi untuk menyeleksi kebenaran. Semua argumen yg berlawanan akan cenderung kita abaikan. Sementara hoax-pun, asal cocok dengan selera kita akan buru2 kita yakini kebenarannya.

2. Pertahankan rasa Ingin tahu (Curiosity). Rasa penasaran ingin tahu ini akan membuat kita lebih ingin mengecek argumentasi dari dua kubu. Tidak cepat puas buru2 meyakini segala informasi yg masuk.

3. Milikilah hati dan pikiran yg terbuka (Open-Mind & Open-Heart). dengan bigini kita akan cenderung mau mendengarkan dan berempati atas posisi masing2 dari dua kubu yg berseteru. Jangan menutup diri hanya mau menerima informasi dari pihak yg pro sama kita, dan langsung mencurigai, bahkan menolak berita dari semua yg kita anggap pro lawan kita.

4. Jadilah orang yg Independen (grounded). Jangan mudah anut grubyuk ikut2an pendapat sesorang atau satu kelompok. Jangan letakkan harga diri kita berdasarkan omongan orang lain tentang kita. Silahkan pro ini atau anti itu. Tapi jangan overdosis, sampai menganggap segala hal yg dari pihak kita pasti benar dan segala hal yg dari pihak lawan pasti salah.

5. Milikilah kerendahan hati (Humbleness) bahwa memang kita punya keyakinan tertentu tentang segala hal (politik, sikap keagamaan, aliran pemikiran, dll) tapi dengarkan dengan empatik juga pendapat2 yg berlawanan dengan kita. Dan jika bukti2 menunjukkan kita memang salah, jangan sungkan2 untuk mengakui dan minta maaf.

Kesimpulannya, menurut Julia Galef, yg ceramahnya di TEDX mendasari tulisan ini:

"Untuk memiliki good judgment (penilaian yg jernih), khususnya untuk hal2 yg kontroversial, kita tidak terlalu membutuhkan kepintaran atau analisa yg canggih, tapi kita lebih membutuhkan kedewasaan psikologis dan pengelolaan emosi yg baik"

Jadi apa yg paling kita inginkan? 
Apakah membela mati2an pendapat subyektif kita?
Ataukah ingin melihat dunia dengan mata hati sejernih mungkin?


ted.com

Help Your Children

00.55 0 Comments A+ a-

HELPING YOUR CHILDREN TO BUILD THEIR FUTURE
By Pambudi S

Dua hari yang lalu, saya berada di Singapore. Dan saya berkesempatan untuk minum kopi bersama seorang sahabat saya, yang menjadi profesor di sebuah Universitas terkemuka di Singapore.
Sebut saja namanya Henry. Kami janjian ketemu di Le Paul di Takashimaya. Kebetulan saya lagi kangen makanan Perancis.
Dan mulailah kami ngobrol sana sini, tentang disruption, tentang dunia pendidikan, tentang reward system untuk innovation program ...etc ...etc.
Sampai tiba-tiba Henry bertanya,”Pam, anakku baru klas 1 SMA dan dia bertanya, sebaiknya nanti dia kuliah apa ya?”
I said,”Why you asked me this question? You are the one who is a professor in a famous university!”

Henry meneruskan,”Well, Pam tahu kan, kadang-kadang apa yang dihasilkan dunia pendidikan dan yang dibutuhkan oleh industry bisa berbeda.
I want to make sure that my daughter will be in the right path.
Apalagi dengan era disruption sekarang, begitu banyak pekerjaan yang akan hilang!
Terus anak saya harus kuliah apa dong!”

Good question!
Tetapi, apakah pertanyaan itu perlu ditanyakan? Bukankah pada akhirnya nanti kita semua akan menjadi HIMASALJU ? (Himpunan Mahasiswa Salah Jurusan?)
Ijasah temen saya Teknik Kimia,
sekarang jadi CEO bank.
Ijasah saya Computer Engineering, jadi HR Director,
dan saya punya teman lulusan Kedokteran Umum yang menjadi dosen dan konsultan management.
So what?
The most important thing will be your agility , kemampuan mempelajari hal hal yang baru.
Suatu saat saya membantu client saya merekeut Telco Troubleshooting engineer di Jepang.
Dan yang mendaftar adalah seorang dokter (lulusan Kedokteran Umum).
Dan saya tanya dia,”Ngapain dokter mendaftar sebagai Telecom engineer?”
Dan dia menjawab ,”Saya sudah belajar untuk troubleshoot tubuh manusia, kalau anda kasih saya buku petunjuk nya Mobile Switching Center, saya akan pelajari dan saya akan troubleshoot your MSC!”
Voila, anything can be learned. Selama anda mau belajar dan bekerja keras di field yang baru!

Henry meneruskan,”Tapi kan bukan berarti kita kuliah sembarang jurusan kan Pam? Memang ada banker yang dari
Akunting atau Teknik Kimia. Tapi kan gak ada banker yang dari jurusan seni rupa atau seni tari kan?”

Ok, ok, setuju!
Jadi gimana?
Ok, lets make it  very simple.
Kuliah apapun, jurusan apapun, di universitas apapun, tidak akan ada yang bisa membekali anda dengan kemampuan yang membuat anda “siap kerja!”.
Di perusahaan anda nanti, anda masih harus di training lagi agar anda siap melakukan pekerjaan anda!
Makanya yang penting adalah agility, kemampuan anda mempelajari hal hal baru (seberapa cepat anda mampu absorb pengetahuan baru dan menerakannya).

Nah di situlah kita tetap perlu belajar tentang :
- logical thinking
- system thinking
- analytical skills
- big picture thinking
karena , in the end of the day, kita memang akan mempelajari sebuah “system” dan menganalisa bagaimana “system” itu akan interract dan interlink dengan yang lain.
Terserah apapun sistemnya.
Bisa banking system, supply chain , manufacturing atau apapun. Tetapi in the end of the day this is what you will do, mempelajari sebuah “system” dan menganalisa bagaimana “system” itu akan interract dan interlink dengan yang lain!

Itulah mengapa seorang lulusan Teknik Kimia bisa menjadi CEO bank, karena di Teknik Kimia mereka mempelajari “proses”, jadi mereka bisa menerapkan knowledge mereka tentang “process” ke banking system.

Kalau orang-orang yang masih  bermental “jadoel” gak akan ngerti itu, dan mereka akan komentar seperti ini
- ngapain lulusan Kimia ke bank?
- kasihan amat , kuliah 5 tahun gak dipaki ilmunya?
- kok kerjanya bisa kesasar  begitu?
Orang-orang yang bermental begitu masih terjebak dalam paradigma lama , dan masih  berfikiran dengan pola “mesin uapnya James Watt. Pasahal kita sekarang sudah masuk jaman Industrial 4.0, bayangin telat berapa generasi tuh orang !

Ok, sekarang kita kembali ke Henry, apa yang harus Henry lakukan untuk memberikan advice yang tepat pada anaknya ....

Kita coba beberap langkah di bawah ini ...

a) Find their passion

Pertama kali, cari passion mereka apa. Ingat orang yang mengerjakan sesuatu sesuai dengan passionnya akan perform lebih bagus.
Lihat, mata pelajaran apa yang nilainya lebih bagus.
Dan tanyakan 2-3 mata pelajaran yang dia paling sukai.

b) Help them draw their dream

Nah, kemudian tanyakan cita-cita hidupnya apa.
Bidang apa yang akan dia sukai
Ingat , you are helping them to build their own dream and not yours!

c) Help your children to choose one field with their passions and connect to their dream

Help them to connect the dots. Usahakan agar apa yang mereka sukai akan nyambung dengan apa yang mereka ingin kerjakn di masa depan.
Jadi lihatlah apakah anak anda:
- hobby berkutat dengan mobil-mobilan dan gadget electronic?
- Berkomunikasi dan Berinteraksi dengan orang?
- Lebih banyak fokus di kegiatan fisik dan olahraga?
- Bekerja sendiri dan berkreasi?
Observasi anda akan membantu anda mengarahkan bidang apa yang akan dipelajari mereka di bangku kuliah.
Berdasarkan pengamatan tentang apa yang mereka sukai, bidang apa nilai mereka lebih bagus dan cita-cita yang ingin mereka capai, arahkan mereka ke jurusan yang akan mereka pilih.

Dont worry too much. Jurusan itu bukan membuat mereka terpaku seumur hidup mereka , masih banyak kemungkinan bahwa mereka akan bekerja  di bidang yang (seoalh-olah ) tidak ada hubunhannya.

Jadi paradigmanya bukanlah “saya akan menjadi insinyur kimia yang baik”, tetapi paradigma sekarang adalah,”Saya akan belajar system and design thinking, dan saya memghunakan kasus-kasus di jurusan teknik kimia sebagai simulasi untuk memecahkan permasalahan !”

d) They have to Build the emotional and social intelligence

Sampaikan bahwa selain kuliah,
mereka juga harus belajar tentang leadership dan teamwork.
Intinya bagaimana mengendalikn emosi sendiri dan bagaimana mereka memahami orang lain.
Hal ini bisa dipupuk dengan seringkali mengikuti kegiatan organisasi di kampus, senat, kegiatan kemahasiswaan, atau apapun yang membuat mereka berhubungan dengan orang-orang lain yang akan melatih social skills mereka.
Suatu saat nanti mereka akan mengerti bahwa kemampua  mereka dalam teamworking dan leaderahip ternyata akan sama pentingnya dengan kemampuan akademis mereka!

e) Tell them to build their agility

Last but not least, tell them to build agility, by learning something new every time.
Dunia akan berubah begitu cepat, mereka juga harus  belajar dengan irama yang lebih cepat lagi.
Untuk melatih itu mereka harus selalu mempelajari sesuatu yang baru.
Apa yang bisa mereka pelajari?
Anything! Bahasa asing, memasak, berkuda, olahraga baru, menggambar, ...etc.
It does  not matter WHAT they learn. What matters is HOW they continuously stimulate their brain to learn something new and to puck up new knowledge/skills.
This will be very useful in the future.

Jadi ingat, untuk lebih mempersiapkan anak-anak anda untuk masa depan mereka, lalukan kelima langkah di bawah ini:

a) Find their passion
b) Help them draw their dream
c) Help your children to choose one field with their passions and connect to their dream
d) They have to Build the emotional and social intelligence
e) Tell them to build their agility




Peran Ketiga Seorang Trainer

21.27 0 Comments A+ a-

Peran Ketiga Seorang Trainer : Respond Learner Needs

Learning Program

Peran ketiga yang akan dimainkan oleh seorang trainer adalah responds learning needs - merespon kebutuhan belajar trainee. Ingat bahwa training yang dilakukan bertujuan untuk menutup gap kompetensi trainee. Artinya fokus training sudah memang seharusnya berada pada trainee.

Lebih jauh lagi, saat peserta training adalah orang dewasa, keinginan mereka dalam belajar adalah segera memanfaatkan hasil belajarnya. Sehingga proses belajarnya senantiasa berorientasi pada realitas yang dihadapi trainee. Peran trainer disini adalah merespons kebutuhan tersebut.

Cara belajar orang dewasa ini tercermin dari kisah trilluner bernama Gabe Newell. Pria ini dikenal sebagai co-founder dari pengembang hub video game. Siapa yang tidak kenal dengan counter-strike? game dengan grafis pas-pasan namun tidak lekang oleh waktu. Game ini dibuat oleh Valve Corp. Pada saat kuliah di Harvard University, Gabe memutuskan untuk drop-out karena dia menganggap tidak mempelajari apapun selama kuliah. Di awal karir, ia bergabung dengan Microsoft, dan belajar segala sesuatu tentang pembuatan perangkat lunak. Setelah 13 tahun bekerja sambil belajar di Microsoft, ia memutuskan untuk keluar dan mendirikan Valve. Sekarang, kekayaan Gabe Newell mencapai USD 1,26 miliar atau Rp16,38 triliun (kurs 1 USD = Rp13.000).

Bayangkan saja seandainya, trainee kita adalah orang dewasa seperti Gabe. Dia masuk ke dalam kelas training, dan tidak mendapatkan apa yang dia inginkan. Peristiwa berikutnya yang akan terjadi adalah dia keluar dari kelas atau bertahan di dalam kelas dan menjadi pengacau selama training.

Ustadz Abdul Somad (UAS) yang menjadi salah satu pembicara kondang saat ini juga mempraktikkan prinsip orang dewasa ingin segera memanfaatkan hasil belajarnya. Alih-alih berkhotbah selama berjam-jam yang bisa jadi khotbah yang disampaikan tidak menjadi kebutuhan belajar para santrinya, UAS lebih banyak memberi ruang untuk tanya jawab. Metode yang digunakan UAS ini secara langsung merespons kebutuhan belajar santrinya. Sehingga santri langsung bisa mempraktikkan jawaban yang diterima dari UAS.

Model seperti ini juga mulai diterapkan secara nasional di Firlandia. Negara yang diakui sebagai negara dengan pendidikan terbaik di dunia. Di tahun 2017 kemarin, Firlandia mentransformasi sistem pendidikanya secara radikal. Jika matematika dianggap sebagai core ilmu di seluruh negara, tidak lagi di Firlandia. Semenjak tahun 2017, Firlandia tidak lagi menjadikan matematika sebagai mata pelajaran wajib bagi pelajar, karena tidak dianggap bahwa semua orang membutuhkan matematika. Masih ingat pada saat SMA mempelajar vector, x+y dan seterusnya yang ternyata tidak aplikatif untuk beberapa orang.

Lebih jauh lagi, Firlandia kemudian mencustome mata pelajaran ke dalam kebutuhan para siswanya. Bukan sekolah yang menyediakan "menu" pembelajaran, namun siswa lah yang memilih "masakan' seperti apa. Sehingga seluruh siswa langsung merasa bahwa kebutuhan belajarnya di respon. Sampai saat ini, hanya di Firlandia yang secara masif bisa mengapllikasikan cara belajar orang dewasa

N Kuswandi

Promote Behavior Change

17.39 0 Comments A+ a-

Peran Ke-2 Trainer : Promote Behavior Change
N Kuswandi

Wave of change, ocean of opportunity - badai perubahan, lautan kesempatan, begitulah quote yang sangat relevan untuk era VUCA (volatil, uncertainly, complex, ambigu). Perubahan tersebut juga terasa di dunia Learning and Development. Deloit, sebagai multinational consultant bahkan menggambarkan secara masif, lima perubahan besar learning and development dalam 17 tahun terakhir (era elearning, era talent management, era continuous learning, era digital learning dan sebentar lagi akan muncul artificial learning). Artinya tiap 3.5 tahun sekali era learning telah berubah. Kalau diibaratkan "belum selesai belajar dan implementasi satu evolusi learning and development sudah berpindah ke evolusi berikutnya".

Ada yang memandang perubahan ini sebagai gelombang ancaman, namun ada juga yang memandang bahwa perubahan tersebut adalah lautan peluang. Dan orang-orang yang berselancar dalam lautam peluang dengan "embrace" tantangan kemudian disebut sebagai paradoc navigator.

Dalam konteks learning and development para paradoc navigator tersebut punya fleksibilitas untuk terus belajar, tak terkecuali membawa paradoc paradigma mendelivery learning and development. Kemarin saya telah share bahwa satu peran seorang facilitator adalah create safe learning environment. Maka dikesempatan kali ini saya ingin share tentang paradigma peran kedua seorang facilitator *Promote Behavior Change*. Peran ini menjadi kritikal, karena saat facilitatot mampu memainkan peran ini maka tujuan learning pada level ketiga (behavior change) dan level ke empat (business result) akan tercapai.

Ingat bahwa ilmu itu ibarat pohon yang kuat, dan buahnya adalah menjalankan ilmu tadi. Mengajarkan trainee kita tentang ilmu membuat mereka menjadi pohon yang kuat. Dan pohon yang kuat akan lebih bermanfaat saat berbuah. Bayangkan saja bagaimana merasa ruginya oranf yang membiayai pendidikan trainee namun perilaku trainee tidak berubah. Disinilah peran facilitator yang promote behavior change menjadi penting.

Sekarang bagaimana melakukan peran tersebut? Peran ini sebenarnya sangat erat kaitannya dengan ilmu influencing. Dan Anda bisa mengaplikasikan aneka pendekatan influencing yang telah dibuktikan dengan riset yang mumpuni. Dua tokoh psikologi yang memiliki pengakuan terhadap hal tersebut adalah Garry Yukl dan Cialdini.
Saya pernah membahas salah satu taktik Garry Yukl pada buku saya yang berjudul *Coaching Handbook* (satu satunya buku yang membahas coaching competenciea dari International Coach Fedetation), maka izinkan kali ini saya berbagi tentang salah satu jurus promote behavior change yang diperkenalkan oleh Cialdini. Dari riset yang dia lakukan, Cialdini menemukan enam cara menginfluence orang yaitu otoritas, rasa suka (perhatikan bahwa cara ini bisa dilakukan dengan mengimplementasikan create safe learning environment), timbal balik, kelangkaan, konsistensi dan bukti sosial.

*Bagaimana mengaplikasikan keenam cara influencing tersebut dalam kontek learning and development bisa dibaca di buku People Development Handbook*

Ingat kita punya peran membengaruhi, namun kesiapan perubahan perilaku bukanlah keputusan facilitator, namun seorang trainee. Bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri sebagai tokoh yang paling berpengaruh di dunia tidak bisa mempengaruhi pamannya banyak membantunya, Abu Tholib. Hingga Allah SWT menurunkan ayat khusus terkait hal tersebut,
"Innaka la tahdi man ahbabta, walakinnallaha yahdi mai yasha'."
"Sesungguhnya kau takkan dapat memberi hidayah pada orang yang kau sayangi, tetapi Allahlah yang memberi hidayah kepada sesiapa sahaja yang Dia kehendaki (QS Al Qoshos 56-57)
Inilah yang juga menyebabkan peran seorang facilitator disebut sebagai Promote behavior Change. Karena peran kita sebagai seorang facilitator adalah promosi bukan change

Berkah selalu

The Power of Agile

21.46 0 Comments A+ a-


Agile adalah satu prinsip dalam model project management yang sekarang ini banyak digunakan. Hal ini terkait dengan berkembangnya banyak produk teknologi, software produk, aplikasi, yang dikembangkan oleh startup yg menjamur. Jika dulu kita mengenal project management banyak digunakan untuk project konstruksi, building, dan bangunan fisik lainnya. Sekarang dengan trend perusahaan yang mengutamakan scalability dan low asset, maka perusahaan membangun “virtual asset” yaitu software as a service. Pendekatan project management yang digunakanpun ikut berubah, jika dulu mengikuti proses waterfall, sekarang mengikuti agile.

Pola waterfall mensyaratkan kita sudah memiliki “bangunan yang sudah jadi secara mental”. Yang kemudian dituangkan dalam produk requirement. Misalkan membangun rumah, kita sudah tahu persis bentuk rumahnya, bentuk tampilan muka dan belakang, pintunya dimana, jendela dimana, kamar ada berapa, tembok menggunakan material apa, pintu, jendela, ubin pakai material apa, tembok rumah dan dinding dalam rumah menggunakan cat apa, dsb. Kita sudah tahu persis perwujudan fisik rumah yang sudah jadi secara mental. Kemudian hal ini dituangkan dalam perwujudan product requirement dan spesifikasi.

Ada moto dalam project management waterall yaitu “no gold plating”. Tidak ada spesifikasi dan scope yang berubah saat project berjalan. Semuanya dikunci dan dituangkan dalam kontrak yang disepakati sebelum project dijalankan. Kemudian proses dijalankan mulai dari fase initiating, planning, executing, control, sampai closing. Tidak ada gold plating, tidak ada perubahan scope. Satu perubahan pada spesifikasi akan menimbulkan masalah ke project plan keseluruhan. Goal yang harus dicapai adalah On Quality, On Time, On Cost, dan On Scope.

Setiap fase dijalankan secara serial, mulai dari fase initiating ke planning dan seterusnya. Tidak ada turning back, karena akan mengganggu project secara keseluruhan. Di dalamnya kita juga mengenal knowledge areas yaitu management time, cost, scope, resources, quality, procurement, communication, risk, dsb. Saat pola waterfall ini diadopsi oleh project manager dalam membuat produk software maka masalah muncul. Software beda dengan produk fisik. Produk software memiliki requirement yang berkembang dengan sangat cepat seiring waktu. Software memiliki bug yang baru ditemui pada proses testing. Customer dari produk software ada banyak dan memiliki preference dan keinginan untuk customisasi. Bentuk akhir berupa user interface perlu diupdate mengikuti desain yang terbaru. Feature yang dibutuhkan terkadang baru diketahui tidak pada awal project. Dan sebagainya.

Sedemikan banyak masalah dan perbedaan antara produk software dan produk bangunan fisik, maka saat project management waterfall diadopsi oleh project manager maka muncul masalah-masalah berikut: Software banyak yang tidak selesai, banyak yang error saat delivery, banyak produk jadi yang membutuhkan rework, banyak software yang gagal dideliver, banyak software yang sudah dideliver ternyata akhirnya tidak dipakai, dan masih banyak masalah lainnya. Akhirnya para project manager berkumpul dan memikirkan perlu adanya pendekatan yang baru. Sampai akhirnya lahirlah Agile. Berbeda dengan waterfall, agile menggunakan prinsip iterasi. Produk tidak dibangun sekaligus besar, tetapi dibangun kecil-kecil tapi sering. Tujuannya adalah meminimalkan resiko diakhir project. Pola pengembangan software yaitu desain-build-test-release dipecah dalam banyak iterasi yang disebut sebagai sprint box.

Product final dengan feature lengkapnya juga dipecah-pecah menjadi produk kecil dengan fitur minim tapi bisa berjalan, yang disebut dengan  minimum viable product. Hal ini tidak memungkinkan untuk produk fisik konstruksi, tapi mungkin untuk produk software. Bayangkan jika waterfall kita membuat bangunan rumah, pertama kita buat fondasi dulu, kemudian dinding, kemudian atap, kemudian pintu dan jendela, kemudian finishing berupa pengecatan. Jika di agile, maka ilustrasinya adalah pertama kita bikin rumah burung dara, terus bikin rumah anjing, bikin rumah kuda, bikin rumah sederhana, sampai akhirnya bikin rumah mewah. Bentuknya tetap rumah dan berfungsi, tetapi fiturnya sedikit. Bangunan fisik hal ini tidak mungkin, tapi kalau membuat software hal ini mungkin.

Keuntungan yang didapat adalah: Produk akan lebih cepat terdeliver ke customer, jika ada kesalahan maka akan cepat dikoreksi, resiko juga akan lebih kecil karena kesalahan terdeteksi lebih awal, feature-feature baru dapat ditambahkan pada iterasi berikutnya, lebih uptodate dan mengikuti trend, secara bisnis akan menguntungkan karena ada produk yang sudah bisa dideliver, perubahan feature baru pada produk dan perbaikan bug akan masuk dalam update produk, ada kepastian kapan software akan dideliver, team development memiliki tanggungjawab yang jelas dalam mendeliver produk sesuai target waktu dan komitmen.

Kita mengenal ada 4 agile manifesto yaitu: deliverables produk lebih penting dibanding dokumentasi proyek, interaksi individu lebih pentiing dibanding proses tools, kolaborasi dengan customer lebih penting dibanding negosiasi kontrak, merespon perubahan dibanding hanya mengikuti plan. Ini yang membedakan agile dengan waterfall. Sedangkan metodologi yang digunakan mengikuti agile adalah scrum. Jika agile menjelaskan prinsipnya maka scrum menjelaskan organisasi dan prosesnya. Organisasi scrum terdiri dari 3 yaitu scrum master, product owner, dan team developer.

 Scrum master berperan sebagai coach, memastikan team mengikuti rule of the game, membantu meresolve masalah terkait proses scrum. Product owner adalah orang yang bertanggung jawab terhadap produk, mendeliver value ke pelanggan, mampu menyediakan resources, dan mengatasi hambatan selama proses development. Team member bertugas mendesain, build, memastikan kualitas produk, dan mendeliver produk tepat waktu. Ketiga peran ini mengikuti proses scrum secara iterasi mulai dari visioning, release planning, spesifikasi, sprint planning, daily standup, sprint review, dan retro.

Proses Visioning adalah membuat user stories untuk menjelaskan apa yang akan dibuat, untuk siapa dibuat, dan kenapa harus dibuat. User stories datang dari semua stakeholder mulai dari produk owner, customer, dan team developer. User stories ini dikumpulkan dalam suatu list yang disebut produk backlog. Salah satu artifact dalam scrum methodology. Produk backlog ini memprioritaskan user stories berdasarkan value terhadap customer. Prioritas dibagi menjadi 3 yaitu high, medium, low.  Setelah produk backlog selesai maka masuk ke tahapan release planning. Proses ini berupa meeting yang bertujuan merancang release dalam kotak2 sprint. Caranya adalah dengan mengumpulkan beberapa user stories ke dalam satu sprint box. Dengan catatan bahwa jika user stories tersebut dibuat maka akan menjadi satu deliverables. Meskipun itu baru bersifat minimal. Akhirnya semua akan dikelompokkan dalam beberapa sprint box dan memberi estimasi akan ada berapa kali sprint dan kapan akan dilakukan release. Setiap release akan memiliki rentang waktu tidak lebih dari 1 bulan. Baru kemudian akan disusul oleh release berikutnya.

Proses berikutnya adalah spesifikasi yaitu setiap user stories yang ada harus memiliki acceptance criteria, termasuk screenshotnya akan seperti apa. Tahapan spesifikasi adalah merinci requirement dari user stories. Karena spesifikasi ini akan dikunci saat masuk ke tahapan sprint. Proses berikutnya adalah sprint planning, yaitu membuat rencana pelaksanaan sprint. User stories yang ada akan diberikan estimasi waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian. Dan setiap penyelesaian maksimal adalah 8 jam. Jika lebih dari 8 jam maka akan dipecah menjadi beberapa task dengan waktu kurang dari 8 jam. Disini task sudah mencakup desain, coding, test, dan fine tune. Kemudian diberikan urutan task mana yang akan dikerjakan dulu.

Setelah sprint planning maka masuk ke tahapan pekerjaan sprint yang sesungguhnya. Setiap hari akan dimulai daily standup meeting di depan sprint planning board. Dimana ada task yang sudah direncanakan dan waktu yang dibutuhkan. Di dalam prinsip agile, ada komitmen dan tanggungjawab individu. Disini produk owner tidak melakukan assignment tetapi justru anggota team yang melakukan pull. Mereka mengambil tanggung jawab dalam menentukan task yang akan dikerjakan dan komitmen penyelesaian. Setiap daily standup meeting setiap anggota team development akan menyampaikan tiga hal yaitu: Apa yang kemarin sudah dikerjakan, Apa yang akan dikerjakan, Apa masalah yang ditemui jika ada. Hal ini untuk showcase apa yang sudah dikerjakan, dan memunculkan perasaan accomplishment, ownership terhadap work result, dan tidak ada informasi yang hilang selama proses. Daily standup meeting maksimal waktunya 15 menit. Jika ada masalah tidak dibahas dimeeting tapi harus diselesaikan secara offliine.

Setelah melakukan beberapa kali iterasi dalam sprint, maka akan sampai pada titik sprint tersebut selesai dan masuk ke proses sprint review. Sprint review adalah meeting untuk menunjukkan apa yang sudah dikerjakan dan mendapat feedback. Team akan mendemonstrasikan hasil sprint yang sudah ditest dan accept. Kemudian akan mendapat feedback atas pekerjaan mereka. Tahapan berikutnya adalah retro. Retro adalah meeting untuk mengevaluasi performance team. Bagaimana team bekerja, apa yang bagus dan apa yang perlu diimprove. Retro akan mengevaluasi laporan selama sprint seperti burn up chart dan burn down chart, berapa tugas yang selesai tepat waktu, berapa tugas masih tersisa, bagaimana performance individu, berapa jumlah defect, berapa kali test gagal, dan sebagainya. Hasil evaluasi ini akan dituangkan dalam action plan untuk perbaikan kinerja team. Proses sprint ini akan diulang terus-menerus, sehingga deliverables produk makin lama akan makin sempurna dengan update terbaru.

Sehingga bisa kita simpulkan Agile dan metode Scrum ini adalah focus pada deliverables yang cepat, meminimalkan resiko dengan frequent test inspection, align dengan kebutuhan customer yang terus berkembang, dan menekankan pada tanggungjawab serta komitmen dari anggota team. Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah Agile Scrum ini dapat diimplementasikan untuk project non software? Jika kita melihat prinsip-prinsip dan proses yang dijelaskan, maka sangat mungkin untuk menerapkan Agile scrum untuk project non-software. Sudahkah anda mencoba menggunakan Agile?

Learn more about Agile & Lean at www.belajarlean.blogspot. co.id

Written by Riyantono Anwar