AFFRAID OF COMMITMENT

20.14 0 Comments A+ a-

Namanya Tia, Head of Marketing di sebuah perusahaan Korea di Jakarta. Malam itu dia mengajak makan malam karena ingin menceritakan konflik yang dihadapinya dan ingin meminta masukan saya. Malam itu kami makan di restoran Jepang di daerah Sudirman.

“Saya mengelola sebuah team dengan sekitar 30 karyawan. Yang langsung report ke saya ada 6 orang.  Jadi secara teratur saya rapat dengan keenam orang anak buah saya itu.”
Tia memulai ceritanya dan meneguk jus tomat di depannya.
“Masalahnya adalah saya merasa tim saya ini tidak mampu menjalankan apa yang kita putuskan di rapat tersebut. Setiap kali kita meeting, kita selalu membahas sebuah permasalahan, kita cari jalan keluarnya, dan kemudian kita putuskan. Tapi kemudian sulit sekali untuk mendapatkan komitmen dari semua orang untuk menjalankan keputusan itu dan benar-benar menjadikannya prioritas dalam aktivitas sehari-hari. Akibatnya, di meeting berikutnya kita tidak mendapatkan progres yang nyata dan seolah-olah kita jalan di tempat. Apa yang harus saya lakukan? Tia menutup curhatnya sambil menatap saya tajam tajam dengan bola matanya indah.

Saya memperhatikan bahwa masalah ini seringkali terjadi di beberapa perusahaan.
Waktu meeting semuanya diam saja (bahkan ada yang sibuk dengan ponsel) dan sama sekali tidak mendengarkan, cuma mengangguk-angguk, dan pada saat keputusan diambil sama sekali tidak berani membantah (atau menyumbang ide), tapi akibatnya juga mereka tidak komitmen dan akhirnya tidak ikut mengerjakan bagiannya sehingga keseluruhan proyek terganggu.
Ini kan tidak profesional!
Meskipun demikian, ternyata hal ini sering terjadi. Tetapi percayalah bahwa karakter seperti ini akan menjadi penghalang karier Anda di masa depan.

Kalau mau maju dalam karier Anda harus mempunyai strong track record. Dan track record itu hanya akan terjadi apabila Anda berhasil mengimplementasikan strategic initiative perusahaan.
Mengapa ini terjadi? Karena  banyak di antara kita (orang Indonesia) yang takut sekali menghadapi konflik.
Karena tidak mampu berkonflik atau berdebat dengan sehat dan diplomatis, akibatnya mereka mengindafi konflik. Jadi seolah-olah semuanya iya dan setuju saja dan ternyata akhirnya tidak dikerjakan.

Padahal konflik itu sangat bagus (selama ditangani dengan baik).
Ibarat bisul, kalau tidak dipecahkan ya selamanya akan jadi bisul, menyakitkan terus-menerus. Kalau dipecahkan mungkin memang sakit pada saat itu, tapi setelah itu kita lega dan tidak sakit lagi. Itulah konflik.
Jangan sampai kita menghindari konflik, justru harus dihadapi, diselesaikan, dan dibicarakan dengan cara yang tepat. Bagaimana dong?

Ikuti beberapa tips di bawah ini:

a) Create the CONFLICT
Jadi untuk pertama kali, ciptakanlah konflik secara sengaja.
Tanpa konflik, semua orang akan santai santai saja dan bekerja dengan usaha yang minim. Berikan target yang sulit dicapai  jadi mereka harus bekerja keras untuk mencapainya. Dalam proses pencapaian objective yang sulit itulah akan terjadi gesekan-gesekan antar tim, terjadi konflik dan permasalahan yang harus diselesaikan bersama. Inilah yang seharusnya terjadi.
Tanpa konflik, mereka tidak akan mencapai target yang sulit. Tanpa konflik mereka akan bekerja santai dan seadanya saja.

b) DEBATE openly
Setelah terjadi konflik , doronglah, ajaklah mereka untuk berdebat. Debat yang positif, santun, dan diplomatis dengan tujuan untuk memecahkan masalah. Ajaklah kedua belah pihak untuk melihat permasalahan dari kedua sisi. Ajaklah mereka untuk menempatkan diri pada posisi pihak lain. Kemudian ajaklah mereka untuk mencari solusi yang:
mampu memecahkan masalah
bisa dikerjakan kedua belah pihak
membuat kedua belah pihak mencapai targetnya

c) DECIDE together
Jangan lupa menekankan bahwa keputusan harus diambil Bersama-sama. Jadi, ajaklah kedua belah pihak untuk  berdiskusi dan  berdebat secara aktif. Jangan sampai yang satu pihak aktif berbicara dan yang satunya lagi tidak perduli atau tidak memperhatikan. Kedua belah pihak harus aktif berdebat dan berdikusi agar bisa mengambil keputusan bersama sama.

d) Make a COMMITMENT
Setelah mengambil keputusan bersama, kita harus yakinkan bahwa kedua belah pihak juga sama-sama berkomitmen untuk mengimplementasikannya.

e) EXECUTE with discipline
Anda sudah berdebat, Anda sudah memutuskan dan Anda sudah berkomitmen. Satu-satunya hal yang harus Anda lakukan adalah mengimplementasikan dengan disiplin agar tujuan yang sama  bisa dicapai.

Jadi ingat ya, this is the way to make initiative works and to make the works being implemented in your organization:
a) Create the CONFLICT
b) DEBATE openly
c) DECIDE together
d) Make a COMMITMENT
e) EXECUTE with discipline

Just remember, if you want to solve a conflict, remember DDC:
Debate
Decide
Commit
Let’s try!


Pambudi Sunarsihanto

Leadership Management

17.56 0 Comments A+ a-

Management Leadership dalam Hubungan 4 Arah

Memimpin itu bukan cuma :
1. Mengendalikan orang lain
2. Menunjukkan kekuatan
3. Memberikan arahan
Memimpin lebih dari sekedar _Hubungan Satu Arah_ yang tepat dan berkualitas. Kepemimpinan atau _Leadership_ berbicara mengenai _Seni Menciptakan dan menjaga Hubungan Totalitas 4 Arah_ yang berkualitas dan konsisten.

_*Leadership merupakan Seni Manajemen Religius dan Spiritual*_ yang berarti menciptakan serta menjaga hubungan diri sendiri dengan Tuhan, memberi kontribusi dan keimanan yang tanpa batas pada _hukum Tuhan dengan segala kebenaran yang diajarkanNya_. Hal ini bersifat _*Wajib*_ tanpa kompromi dan toleransi sehingga _setiap apa yang kita pikirkan, katakan, dan lakukan adalah kebenaran dariNya_. Seni ini menuntut setiap _Leader_ Konsisten dan tanpa kompromi karena ini adalah _Dasar Karakter Kehidupan_.

_*Leadership merupakan Seni Olah Inter Personal*_ yang merupakan seni yang diperlukan seorang _Leader_ untuk menciptakan _totalitas diri sendiri_ baik secara hati dan tindakan sehingga membentuk _sinkronisasi diri_ sehingga menghasilkan kebijaksanaan, Teladan dan _Inner Power_ yang konsisten dan terbaik. Seni ini menuntut setiap _Leader_ untuk menjaga _Integritas Diri Sendiri_ dalam menjalankan _Kewenangan dan Tanggung Jawab Pribadinya_

_*Leadership merupakan Seni Manajemen Antar Personal*_ yang berarti seni yang diperlukan setiap _Leader_ untuk _menciptakan, mempertahankan dan kemudian meningkatkan_ kapasitas Hubungan antar manusia yang _harmonis, elegan dan saling memberi manfaat_ berdasarkan _keberagaman, keterkaitan dan Proses saling ketergantungan_ yang kontinyu. Hal ini sangat erat kaitannya dengan _Kebijaksanan dan Toleransi antar manusia didalamnya_. Seni ini menuntut setiap _Leader_ untuk menciptakan _harmonisasi manusia dan lingkungan manusia_ yang berkualitas sehingga setiap peran dalam kehidupan dapat dilaksanakan dengan baik.

_*Leadership merupakan Seni Olah Spiritual Sosial*_ yang merupakan Seni paling akhir yang harus dimiliki _Leader_ yaitu mampu _Mengarahkan dan memberi teladan setiap orang pada dasar Kebenaran dalam Ketuhanan_ yang artinya _Leader_ berperan besar pada perwujudan _Komitmen, Toleransi, Kesadaran dan Keyakinan Orang lain dalam menjalankan keyakinan ketuhanannya masing-masing_. Seni ini menuntut setiap _Leader_ mampu berperan dalam kerukunan atas keberagamaan secara konsisten dan nyaman.

Leadership Berbicara Integritas dan Totalitas sebagai Seni Manajemen SDM yang Berkualita


(Fajar R D S)