THE DANGER OF BAD LEADERSHIP
Paris Saint Germain memenangkan Champions League karena pelatihnya yang hebat (Luis Enrique). Manchester United dulu Berjaya karena Alex Fergusson (yang sayangnya sekarang MU tidak pernah mempunyai pelatih yang hebat lagi). Peran leader bisa membuat sebuah organisasi jaya, atau bisa menghancurkan organisasinya.
Seperti Maradona yang membawa timnas Argentina terpuruk. Seperti Presiden Ukrania , Volodymyr Zelenskyy, yang ternyata keputusannya membuat hancurnya negaranya karena perang.
Dalam bisnis juga sama. *Leader bisa mebuat sebuah organisasi jaya, atau hancur.*
Dampak kepemimpinan yang buruk tidak hanya terbatas pada organisasi itu sendiri; tetapi juga berdampak luas bagi berbagai pemangku kepentingan.
Karyawan menderita karena kurangnya keamanan kerja, lingkungan kerja yang tidak sehat, dan potensi kerugian finansial. Investor menghadapi kerugian finansial yang signifikan dan hilangnya kepercayaan pada organisasi tempat mereka berinvestasi, dan akhirnya kepada seluruh masyarakat. Hal-hal di atas mestinya menjadi reminder yang serius tentang pentingnya kepemimpinan yang kuat dan etis.
**
Teman saya, Theo, seorang Profesor Business Strategy di sebuah universitas terkenal di United KingDom sering bercerita ke saya melalui telephone tentang pentingnya peran leader dalam memimpin bisnis.
I am a morning person, he is a night owl, jadi cocok. Kami sering telpon-telponan jam 4 atau 5 pagi untuk membahas bisnis. Dan memang *banyak bisnis di Indonesia yang gagal karena leadernya tak mampu menjalankan peran dengan baik*. Beberapa start-up di Indonesia gulung tikar, karena tidak mampu menjawab tuntutan pelanggan, tidak mampu berkompetisi, atau bahkan karena kasus fraud atau integritas. Beberapa perusahaan yang sebenarnya sudah lebih “tua” juga ada yang tutup atau bangkut.
**
Saya jadi ingat sebuah kasus di Amerika . Pada tahun 2001, Enron Corporation, yang pernah dianggap sebagai bintang cemerlang dalam industri energi (dan mempunyai asset sebesar 63 Billion US dollar) tiba-tiba bangkrut secara spektakuler. Hal ini membuat para investor, karyawan, dan masyarakat terkejut. Banyak investor (termasuk para pensiunan di Amerika) yang kehilangan uangnya. Inti dari skandal ini adalah para leader yang mengatur penipuan kolektif, menggunakan celah akuntansi dan entitas di luar neraca untuk menyembunyikan utang dan menggelembungkan laba. Di Enron, *leader-leadernya memprioritaskan keuntungan jangka pendek daripada kesuksesan di jangka Panjang*, yang menyebabkan kehancuran perusahaan dan ribuan karyawan kehilangan pekerjaan. Kalau penipuan ini terjadi di perusahaan sebesar Enron, berarti hak ini juga bisa terjadi di perusahaan lain. Hal ini mengguncang kepercayaan publik terhadap tata kelola perusahaan dan memicu seruan untuk peraturan yang lebih ketat guna mencegah penyalahgunaan serupa di masa mendatang.
Skandal Enron menjadi pengingat yang jelas tentang *bahaya keserakahan leader-leader perusahaan yang tidak terkendali* dan perlunya para pemimpin untuk *memprioritaskan transparansi, integritas, dan kesuksesan jangka panjang organisasi mereka*. Hal ini menjadi peringatan tentang bagaimana bad leadership dapat mengakibatkan konsekuensi yang menghancurkan.
**
Menurut Theo, sebenarnya peran Leader itu sederhana.
Seperti seorang pengemudi bus (yang banyak penumpangnya), seorang pengemudi harus:
a) Mampu mengemudi dengan baik (sebelumnya pernah kursus mengemudi, dan mendapatkan SIM dengan ujian yang benar): *leadership capabilities*.
b) Mengerti tujuan yang dituju oleh seluruh bus (*vision, strategy and objectives* of the organization)
c) Mampu menginjak gas, dan mengerem pada saat yang tepat (Ability to *innovate/accelerate*( the business, while *ensuring the control and managing the risks*). Tanpa kemampuan itu, bus tidak berjalan cepat, atau malah nabrak kendaraan lain di jalan.
d) Mampu meyakinkan seluruh penumpang bus, dan agar mereka merasa aman dan nyaman (the ability to *engage, influence and convince* the investors, employees and the stakeholders)
**
Untuk menghindari jatuh ke dalam perangkap bad leadership, organisasi dapat menerapkan strategi yang mengutamakan etika, integritas, dan akuntabilitas.
Beberapa hal di bawah ini adalah beberapa kiat untuk menumbuhkan kepemimpinan yang etis dan efektif:
1) *LEAD BY EXAMPLE*: Pemimpin harus memberikan contoh positif dengan menunjukkan perilaku etis, transparansi, dan akuntabilitas dalam tindakan mereka sendiri.
2) *Establish clear values and expectations*: Organisasi harus menetapkan serangkaian nilai-nilai dan harapan yang jelas yang mengutamakan etika dan integritas, dan memastikan bahwa nilai-nilai ini dikomunikasikan ke seluruh organisasi.
3) *Promote a culture of trust and open communication*: Memupuk budaya di mana karyawan merasa nyaman untuk berbicara dan melaporkan perilaku yang tidak etis sangat penting untuk mencegah kepemimpinan yang buruk.
4) *Invest in leadership development*: Organisasi harus berinvestasi dalam program pengembangan kepemimpinan untuk memastikan bahwa para pemimpin memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk membuat keputusan yang etis dan memimpin secara efektif.
5) *Implement robust systems of accountability*: Menetapkan sistem dan proses yang membuat para leader bertanggung jawab atas tindakan mereka dan memastikan transparansi dapat membantu mencegah praktik kepemimpinan yang buruk.
Dengan menerapkan strategi ini, organisasi dapat menciptakan budaya yang menghargai kepemimpinan yang etis dan menghindari konsekuensi yang menghancurkan dari kepemimpinan yang buruk.
**
Salam Hangat, Pambudi Sunarsihanto