Kisah Inspiratif Keluarga "Crazy Parenting": Dari Eksperimen Liar Menuju Prestasi Global (Ulasan buku "Crazy Parenting" , ditulis oleh Kendrick Filbert)

17.57 0 Comments A+ a-

Di balik setiap anak yang luar biasa, biasanya ada orang tua yang luar biasa. Namun dalam kisah keluarga ini, kata "luar biasa" terasa terlalu ringan. 

Ini bukan hanya tentang membesarkan anak dengan cinta atau disiplin. 

Ini tentang *sebuah keluarga yang cukup berani untuk mengambil langkah paling liar, paling tidak konvensional, dan seringkali crazy, tetapi ini adalah jalan untuk mempersiapkan anak-anak mereka menghadapi masa depan*.

Pambudi Sunarsihanto, seorang HR Leader yang cukup popular di Indonesia, dikenal tidak hanya karena keahlian profesionalnya tetapi juga karena pendekatannya yang ekstrem (dan, seperti yang banyak disebut, "crazy") dalam membesarkan anak-anaknya. 

Bersama istrinya, dia menulis ulang buku aturan pengasuhan anak, bukan melalui teori, seminar, atau ceramah, tetapi melalui eksperimen langsung, seperti keluarga mereka sendiri sekaligus object experiment mereka.

** 

Apa sebenarnya "Crazy Parenting" itu? 

*Bayangkan anak- anak yang dibesarkan dengan tantangan-tantangan yang tidak biasa, seperti kewajiban berbicara di depan umum sejak SD, menjalankan vlog atau bisnis kecil-kecilan sebelum remaja, atau berkompetisi di kompetisi internasional di usia dini.*

Bukan untuk pamer, tetapi karena sang ayah sangat yakin: anak-anak harus dibentuk sejak dini untuk menghadapi dunia yang penuh ketidakpastian.

** 

Dan mereka benar-benar melakukannya. 

*Dari rafting, bungee jumping, mengunjungi kuburan pada malam Jum’at, bermain ular piton sepanjang 8 meter, mendaki gunung Semeru, memasuki gua gelap gulita selama 6 jam*, hingga pindah ke negara lain di mana mereka tidak bisa berbicara bahasa mereka, anak-anak mereka tumbuh dalam lingkungan yang intens sekaligus penuh tawa. 

** 

*Perjalanan Ilma: Dari Kegagalan sebuah Magic Show, Menuju Prestasi Akademik.*


Salah satu kisah paling mengharukan adalah tentang putri mereka, Ilma. Sejak kecil, ia ditantang untuk tampil di depan umum. Namun tidak semuanya berjalan mulus. Ia pernah menghadapi kegagalan yang memalukan dalam kompetisi sulap, triknya gagal, ia menangis, penonton kebingungan, dan Ilma sendiri hancur. Alih-alih memarahinya, ayahnya justru memintanya untuk merenung: *Apa yang bisa kau pelajari dari ini?* 

Dari situ, Ilma bangkit. Ia kembali mengikuti kompetisi, berlatih lebih keras, dan akhirnya menang di percobaan berikutnya. Namun perjalanannya tidak berhenti di panggung sulap. Ilma juga terdorong untuk mengeksplorasi minat akademisnya. Ia menemukan hasratnya di bidang engineering. Dengan perpaduan kerja keras yang tak kenal lelah dan dukungan keluarga yang tak tergoyahkan, *Ilma meraih skor persentil ke-98 yang mencengangkan dalam SAT, yang berarti ia berada di 2% pelajar terbaik di dunia.* 

Dari sana, tawaran beasiswa mengalir deras, dari Amerika Serikat, Inggris, Australia, Kanada, Skotlandia, Singapura, dan Selandia Baru. Ilma bahkan menulis dan menerbitkan buku *How did I get 7 scholarship in 7 countries*.

Namun ia tidak memilih hanya berdasarkan gengsi. Setelah berdiskusi mendalam dan riset mendalam, Ilma memutuskan untuk kuliah Teknik Kimia di Universitas Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat. Keputusan ini bukannya tanpa risiko. Sebagai mahasiswa internasional, mencari pekerjaan di AS tidak pernah mudah, terutama selama pandemi global (COVID-19). Hasilnya? Ilma tidak hanya lulus dengan pujian, tetapi juga mendapatkan peran sebagai Analis Data Senior di AS, bahkan sebelum itu, ia telah mendapatkan posisi di Goldman Sachs. 

** 

*It takes a village to grow a child.*

Ini tentang Kerjasama dan teamwork seluruh keluarga,

Pendekatan "pengasuhan crazy" tidak pernah ditujukan hanya untuk satu anak. Saudara-sudara kandung Ilma juga tumbuh dengan filosofi yang sama, dibentuk melalui eksperimen yang tidak biasa namun sangat efektif. 

*Setiap anak menghadapi tantangan yang disesuaikan dengan bakat dan minat mereka*. 

Seorang anak akan mengorganisir acara amal keluarga (magic and motivation di panti asuhan), yang lain membuka e-commerce, atau bahkan memimpin perjalanan ke luar negeri dengan anggaran tetap sambil mengelola seluruh rencana perjalanan. 

Prinsip panduannya jelas: *Jangan perlakukan anak-anak seperti boneka porselen yang rapuh*. 

*Biarkan mereka jatuh, bangun, gagal, coba lagi, karena dunia nyata tidaklah lembut, dan tugas orang tua adalah mempersiapkan mereka untuk itu*.

 Itulah sebabnya mereka menyebutnya sebagai pola asuh crazy. 

** 

*Menjaga Ikatan Keluarga Tetap Kuat*.

Mungkin bagian yang paling menarik adalah *bagaimana keluarga ini tetap connected, meskipun menghadapi semua tantangan dan ekspektasi tinggi*. 

Di sela-sela kegiatan akademis dan kompetisi, mereka meluangkan waktu untuk kegiatan keluarga yang unik: membuat film liburan mereka, bermain kartu bersama secara online, menonton film bersama secara virtual, memasak bersama, berlibur ke negara-negara baru *(mereka mempunyai target, bahwa jumlah negara yang dikunjungi harus sama dengan jumlah tahun dalam usia mereka)*.

Crazy? Tentu saja. Efektif? Tak bisa diragukan lagi. 

** 

Lebih dari Sekadar Kisah Pengasuhan anak. 

Ini adalah kumpulan pengalaman dan life-experience yang dirangkum dalam buku terbaru Pambudi Sunarsihanto, *Crazy Parenting*. 

Buku ini bukan buku panduan, bukan pula ceramah—ini kisah nyata dari sebuah keluarga yang memilih untuk "melawan arus." Banyak bagian yang akan membuat Anda tertawa, yang lain akan membuat Anda merenung: sudahkah kita, sebagai orang tua (atau calon orang tua), benar-benar mempersiapkan anak-anak kita untuk dunia di masa depan? 

Intisari Kisah mereka adalah pengingat bahwa *mengasuh anak bukan hanya tentang membesarkan anak, tetapi juga tentang membentuk manusia yang tangguh, mandiri, dan gemar membaca.*

**

Artikel di atas ditulis oleh Kendrick Filbert, seorang praktisi Artificial Inteliigence yang aktif menulis di berbagai media, dan tulisan di atas memenangkan ajang kompetisi #merdekamembaca yang diselenggarakan oleh Penerbit Buku Kompas.