THE BEST WAYS TO HANDLE REJECTION

19.15 0 Comments A+ a-

 

Bella adalah VP Finance di sebuah perusahaan multinasional di Jakarta. Dengan kinerja-nya yang bagus dan potensinya yang tinggi, dia termasuk dalam daftar succession planning untuk menjadi Finance Director di perusahaannya. Selama 3 tahun, Bella bekerja keras, belajar meningkatkan kompetensi, meng-hire coach untuk membantunya dalam personal development, mengikuti beberapa training di Singapore pada hari Jum’at-Sabtu dengan biaya sendiri. Dia sudah melakukan banyak hal karena ambisinya untuk dipromosi menjadi Director.

Minggu lalu, HR Director Asia Pacific, menemuinya di Jakarta, untuk menyampaikan bahwa Bella memang salah satu candidate kuat, tapi akhirnya perusahaan menunjuk seorang expatriate dari Jerman untuk menduduki posisi itu. Dia menjelaskan mengapa, dan selama dua jam, dia menerangkan ke Bella, apa development plan yang perlu dijalaninya.

Bella marah, sedih , kecewa, menangis. Dia hanya mendengarkan, tak sanggup berkata apa-apa. Dan setelah meeting selesai dia langsung memanggil drivernya, meninggalkan kantor.

Di mobil, dia menelopon saya,”Mas Pam, can I meet you, please?”

Kami bertemu di Osteria Gia, di dekat kantor saya.

Bella menceritakan semuanya, masih dengan kemarahan, kesedihan, kata-kata yang terputus-putus, dan air mata yang mengalir.

Saya mendengarkan. Wajar. Bella pasti sedih, pasti kecewa, pasti marah. She needs someone to listen to (and to cry on). 

**

Berapa orang di antara kita yang pernah kecewa? Berapa orang yang pernah gagal? Berapa orang yang pernah ditolak? Pasti banyak. Saya sendiri sering. 

Saya pernah gagal waktu test menjadi Management Trainee di sebuah perusahaan Amerika saat saya lulus. Suatu saat kemudian, perusahaan yang sama membujuk saya untuk join mereka menjadi Director di perusahaan tersebut. Dan saat saya masuk menjadi Director, saya mengenali seorang kawan saya yang dulu diterima di situ sebagai Management Trainee, sekarang masih bekerja di situ, menjadi seorang Assistant Vice President (3 level di bawah level Director). Seandainya dulu saya diterima, mungkin saja saya tidak menjadi Director, (well, mungkin jadi juga, but we would never know).

Puluhan tahun yang lalu, seorang paman saya minta dibelikan tiket sebuah bus (bermerek tertentu, yang waktu itu sangat nge-top, masih baru, dan masih mewah). Saya telat membelikan tiket untuknya. Paman saya marah-marah. Saat dia terpaksa menaiki bus lain, dalam perjalanan, dia melihat bus yang ingin dia tumpangi, masuk ke jurang, kecelakaan, belasan tewas. Dia menelpon saya dan berterima kasih. Dia berkata,”Ternyata Allah menyelamatkan saya dengan cara-Nya sendiri”

**

That’s life! Sometimes we got what we want , sometimes we don’t. 

We had to do our best to achieve what we want.

But once the result is there, there is nothing we can do about it.

Well, we can be angry, cry, sad, and even scream. 

Tetapi setelah itu, pilihannya hanya 2, move on, atau gagal move on.

Kalau gagal move-on, kita gak maju-maju. Kalau move on, kita bisa bersemangat lagi, belajar lagi, dan berharap suatu saat, keberhasilan akan tiba.

Kadang Allah tidak memberikan kita sesuatu yang kita inginkan, karena Allah menyimpan yang terbaik untuk kita.

**

Terus , apa yang bisa kita lakukan, saat kita ditolak, gagal, atau tidak berhasil mencapai sesuatu?

Saya menyingkat Teknik ini menjadi satu kata “*APPEAL**.

Kita bahasi satu satu

1. *A* : *Acknowledge* Your Feelings: Terimalah fakta bahwa penolakan itu menyakitkan dan biarkan diri Anda merasakan emosi tersebut, untuk beberapa waktu.

2. *PP* : *Practice Positive* Reframing: Cobalah untuk memandang penolakan sebagai kesempatan untuk tumbuh dan belajar, bukan sebagai kegagalan.

3. *E* : *Emotional* Support: Share perasaan Anda kepada teman atau keluarga untuk mendapatkan perspektif dan dukungan emosional.

4. *A*: *Activate* your own Self-Care: Libatkan diri dalam kegiatan yang meningkatkan kebahagiaan Anda (dan mengalihkan perhatian dari rejection itu), seperti olahraga, hobi, seni atau hiburan lainnya. Perbanyak berdoa pada saat seperti ini.

5. *L*: *Learn* and Build your Resilience: Gunakan penolakan sebagai kesempatan untuk memperkuat ketahanan Anda dan mengembangkan strategi penanggulangan tantangan masa depan.

**

Terakhir, saya quote, advise dari seorang teman saya:

“Nabi Ibrahim tidak pernah tahu bahwa Allah akan mengganti Ismail dengan kambing.

 Nabi Musa tidak pernah tahu bahwa Laut Merah akan terbelah.

Abdul Muthalib tidak pernah tahu bahwa Allah akan mengirimkan burung ababil untuk membantu dalam perang.

Sebenarnya kita semua sedang menjalani takdir dan tidak tahu rahasia Allah. 

Tetapi kita tahu bahwa Allah selalu akan yang memberikan yang terbaik kepada kita.”

**

Bella mulai tersenyum,”Terima kasih mas”, katanya lembut.

Kami berpamitan dalam gelapnya malam di Jakarta.

**

Salam Hangat,


Pambudi Sunarsihanto