HR 2026: Antara Disrupsi Digital, Society 5.0, dan Tuntutan Bisnis yang “Nggak Nunggu Siap”
Tahun 2026 bukan tahun ramalan.
Ia sedang lari ke arah kita sambil membawa AI, tekanan bisnis, ekspektasi karyawan, dan KPI yang makin “nggak manusiawi”.
Tapi Kalau HR masih sibuk nanya,.“HR mau jadi apa ke depan?”
Jawabannya bisa jadi sudah terlambat.
Karena bisnis tidak menunggu HR siap...bisnis menuntut HR relevan.
*1. Tantangan HR 2026: Dunia Berubah, HR Tak Boleh Baper*
Klo kita mw jujur.
Tantangan HR 2026 itu bukan cuma soal AI, digitalisasi, atau Gen Z yang katanya “baperan”.
Isu strategisnya jauh lebih kompleks, menurut saya (bisa jadi berbeda dg para omtans sekalian) :
- Tekanan efisiensi & profitabilitas bisnis.
- Disrupsi teknologi (AI, automation, data analytics).
- Perubahan nilai kerja: makna, fleksibilitas, wellbeing.
- Talent shortage di satu sisi, oversupply di sisi lain
- Tuntutan ESG, sustainability, dan organisasi yang berpusat pada manusia
Om Dave Ulrich, udah lama ngingetin:
_“HR is not about HR activities. HR is about delivering value to stakeholders.”_
Artinya jelas:
*Bahwa HR tuh ga diukur dari seberapa rapi SOP nya, tapi dari seberapa besar dampaknya ke bisnis dan manusia.*
*2. Society 5.0: Ketika Teknologi Harus Kembali ke Manusia*
Era Society 5.0 negesin satu hal penting:
teknologi bukan tujuan, tapi alat. AI boleh canggih, dashboard boleh kinclong, HRIS boleh mahal.
Tapi kalau karyawan kehilangan makna/tujuan kerja, trust, dan rasa memiliki...
organisasi tetap letoy.
jadi, HR 2026 harus mampu menjawab rada² ini:
- High-tech dan high-touch
- Data-driven dan values-driven
- Agile tanpa kehilangan keadilan & etika
Di sinilah HR diuji:
bukan sekadar operator sistem, tapi penjaga kemanusiaan organisasi.
*3. HR 2026: Dari Support Function ke Strategic Partner (Bukan Sekadar Judul di Kartu Nama)*
HR strategis itu bukan slogan LinkedIn.
Ia harus terasa nyata dalam peran berikut:
*Business Translator*
Memahami arah usaha dan menerjemahkannya ke strategi SDM
*Architect of Capability*
Mampu membangun skill yang dibutuhkan masa depan.
*Guardian of Culture & Trust*
Dapat menjaga budaya tetap hidup, bukan sekadar jargon
*Change Navigator*
Mendampingi manusia di tengah perubahan permanen
*Moral & Ethical Compass*
Memastikan bisnis tetap berkeadilan
HR tidak lagi cukup “ikut strategi”. HR harus ikut menentukan arah.
*Lalu, Apa yang Harus Dilakukan HR Menuju 2026?*
*Dan Bagaimana Melakukannya dengan Benar?*
Bicara tantangan tanpa langkah nyata itu seperti rapat panjang tanpa notulen.
Kelihatan sibuk, tapi pulangnya bingung mau mulai dari mana.
Berikut peta jalan praktis HR 2026 yang membumi, aplikatif, dan relevan dengan realitas bisnis.
*1. Naik Kelas: Dari Administrator ke Business Thinker*
*Apa yang harus dilakukan:*
- HR wajib memahami strategi bisnis, model revenue, struktur biaya, dan risiko usaha
- HR tidak cukup paham regulasi, tapi juga logika bisnis
*Bagaimana melakukannya dengan tepat:*
- Aktif di forum bisnis, bukan hanya forum HR.
- Biasakan membaca laporan keuangan dasar.
- Terjemahkan target bisnis menjadi implikasi SDM.
_“HR must know the business as well as the people.”_ .(Dave Ulrich)
Kalau HR tidak paham bisnis, jangan heran kalau HR hanya dipanggil saat “ada masalah orang”.
*2. Bangun Kapabilitas, Bukan Sekadar Program Training*
*Apa yang harus dilakukan:*
- Fokus pada _capability building_, bukan daftar pelatihan tahunan
- Tentukan skill kritikal 2–3 tahun ke depan
*Bagaimana melakukannya dengan tepat:*
- Mulai dari pertanyaan: “Skill apa yang membuat bisnis kita unggul?”
- Kombinasikan learning on the job, coaching, mentoring, dan proyek lintas fungsi
- Ukur training dari dampak ke kinerja, bukan jumlah peserta
- Training tanpa dampak bisnis itu bukan investasi, tapi biaya.
*3. Gunakan Teknologi Secara Cerdas, Bukan Sporadis*
*Apa yang harus dilakukan:*
- Manfaatkan teknologi & AI untuk efisiensi dan kualitas keputusan.
- Gunakan data untuk membaca tren, risiko, dan potensi SDM
*Bagaimana melakukannya dengan tepat:*
- Mulai dari problem, bukan dari tools.
- Pastikan teknologi memudahkan kerja manusia.
- Tingkatkan literasi data praktisi HR
Society 5.0 bukan tentang mesin makin pintar,
tapi manusia makin bijak menggunakan mesin.
*4. Jadikan Budaya & Trust sebagai Aset Strategis*
*Apa yang harus dilakukan:*
- Bangun budaya kerja yang adil, sehat, dan produktif
- Perkuat trust antara manajemen dan karyawan
*Bagaimana melakukannya dengan tepat:*
- Pastikan pimpinan memberi teladan, bukan sekadar pidato
- Tegakkan kebijakan secara konsisten
- Dengarkan suara karyawan secara sistematis
Budaya tidak dibangun lewat poster, tapi lewat keputusan sehari-hari.
*5. Siapkan Manusia untuk Perubahan yang Tak Pernah Berhenti*
*Apa yang harus dilakukan:*
- Tingkatkan resilience dan agility organisasi
- Bekali pimpinan menjadi change leader, bukan change blocker
*Bagaimana melakukannya dengan tepat:*
- Perkuat komunikasi perubahan.
- Dampingi karyawan menghadapi ketidakpastian.
- Seimbangkan target kinerja dan kesehatan mental
Organisasi boleh agresif, tapi manusianya jangan dikorbankan.
*6. HR sebagai Penjaga Nilai, Etika, dan Keadilan*
*Apa yang harus dilakukan:*
- HR menjadi penyeimbang kepentingan bisnis dan kemanusiaan
- Menjaga martabat manusia dalam setiap kebijakan
*Bagaimana melakukannya dengan tepat:*
- Gunakan data dan argumentasi profesional
- Berani menyampaikan risiko etis keputusan bisnis
- Teguh pada prinsip, tanpa kehilangan kebijaksanaan
HR yang diam saat nilai dilanggar, sedang menabung konflik jangka panjang.
*HR 2026 Bukan Soal Hebat, Tapi Relevan & Bermakna*
HR ke depan tidak dituntut menjadi paling pintar, tetapi paling berdampak.
Bukan yang paling banyak bicara, tetapi paling bertanggung jawab.
Dan bukan hanya menyelaraskan manusia dengan bisnis,
tetapi memastikan bisnis tetap manusiawi, adil, dan berkelanjutan.
semoga bermanfaat...🙏
coretan HR ala coaCHA
_Humanizing HR, Inspiring People_
Jadi,
HR hari ini lebih sibuk mengurus sistem...atau benar-benar jagain orang agar bisnis tetap jalan?
Apa tantangan nyatanya?
