Cinta

02.55 0 Comments A+ a-

Gagalnya kita dlm pekerjaan yg mendasar bukan krn kita memiliki kompetensi, melainkan ketiadaan cinta pd pekerjaan/peran/profesi yg membuat kita gagal.

Confucius mengajarkan bahwa tugas kita bukanlah mencintai pekerjaan yg jauh di tangan, melainkan mencintai yg sdh nyata2 ditngan kita.

Herman Cain bilang, " kesuksesan bukanlah kebahagiaan. Kebahagian adalah kunci kesuksesan. Jika kamu mencintai apa yg kamu lakukan maka kamu akan sukses"

Bahkan W.A. Mozart ngomong wktu itu, "bukan derajat intelektual, bukan pula imajinasi dan bukan pula keduanya yg bs membuat seseorang mjd jenius. Cinta, cinta, cintalah yg merupakan jiwanya kejeniusan"

Bahkan yg Maha Tinggi berfirman
"Dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur" (QS. An Nahl : 78)

Sudahkah memiliki cinta sbg pengantar kesuksesan?




Embrace Your Passion







cara untuk bahagia

14.14 0 Comments A+ a-


Pemimpin yang rendah hati

04.13 0 Comments A+ a-

4 Esensi Seorang Pemimpin yang Rendah Hati


Kerendahan hati merupakan satu atribut yang esensial untuk seorang pemimpin hebat. Bagaimanapun juga, kita tidak akan pernah berhasil membangun sebuah bisnis apabila kita tidak mau mengakui kesalahan pribadi dan mengakui bahwa ada kontribusi orang lain dalam kesuksesan kita.

Sebagaimana diungkapkan oleh John Dame, CEO dari Dame Management Strategies dan Jeffrey Gedmin, CEO dari Legatum Intitute, dalam Harvard Business Review, kerendahan hati (humility) tidak ada hubungannya dengan sikap lemah, lembek atau ragu-ragu.

Justru kerendahan hati mendorong loyalitas, membangun dan menopang teamwork yang padu dan produktif, serta dapat mengurangi turnover karyawan/staff.

Lalu bagaimana cara memunculkan dan menumbuhkan rasa rendah hati tersebut? Berikut adalah 4 tips dari inc.com:

*1. Terbuka terhadap semua ide*

Tidak mungkin kita mengetahui segalanya di dunia ini, tidak semua materi bisa kita kuasai. Itulah mengapa, opini pihak lain itu diperlukan.

“Kita perlu untuk mempercayakan suatu hal pada ahlinya, kepada orang-orang yang memiliki kualifikasi dan keahlian yang relevan dengan hal tersebut”, begitu diungkapkan oleh Dame dan Gedmin.

Menurut mereka, pemimpin yang bijak juga tahu kapan saatnya menunda dan mendelegasikan suatu pekerjaan kepada orang lain. Hanya saja, pemimpin pun harus ingat bahwa ide bagus tidak selalu yang datang dari para ahli. Maka dari itu, pemimpin yang baik perlu mendengar dari karyawannya.


*2. Jangan membeli produk sendiri*

Ketika kita mempromosikan sebuah produk kepada konsumen, kita akan mengungkapkan sisi positif atau keunggulan dari produk tersebut. Untuk beberapa hal, skenario tersebut mungkin akan berhasil.

Tetapi ketika kita membicarakan diri sendiri, tentang kapabilitas pribadi, tidak bisa kita selalu membangga-banggakan kesuksesan pribadi. Menyesap keberhasilan diri sendiri bisa jadi sangat energizing, tetapi terlalu banyak mengonsumsi itu akan sangat meracuni. Ini akan membuat visi kita rancu dan merusak pertimbangan-pertimbangan yang kita pakai.


*3. Melayani Karyawan*

Salah satu tugas paling krusial seorang leader adalah membantu karyawan, membimbing mereka dan membuat mereka terus berkembang.

Seorang pemimpin harusnya melayani, bukan mendambakan pelayanan. Dalam banyak kasus, anggota team akan segera mengenali apakah si leader memang tulus membantu mereka atau hanya berusaha untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

Maka dari itu, ketulusan melayani adalah sikap yang mutlak harus dimiliki oleh pemimpin.


*4. Belajar dari Einstein*

Kerendahan hati akan membuat kita terus dipenuhi keingintahuan, membuat kita terus bertanya dan mencari alasan untuk hal-hal yang terjadi.

Belajar sendiri merupakan hal yang berkesinambungan dan rasa ingin tahu akan membawa kita pada ilmu pengetahuan. Kita mungkin tahu banyak hal tentang bisnis kita, tetapi selalu ada hal lain yang masih bisa kita pelajari.

Seperti kata Albert Einsten, *“Saya tidak punya bakat apapun. Satu-satunya yang saya punya adalah keingintahuan yang besar”.*


Semoga bermanfaat  🙏

*“Learn  and Grow is a Must”* 😎

Sumber : http://portalhr.com/business-overview/leadership/4-esensi-seorang-pemimpin-yang-rendah-hati/

5 THINGS that YOUR TOP TALENTS DEMAND FROM YOU

19.31 0 Comments A+ a-


5 THINGS that YOUR TOP TALENTS DEMAND FROM YOU (and how they decide to join/stay in your company)


(Bagaimana me-manage karyawan anda yang super star)

Hari itu saya sedang diminta tolong oleh seorang teman untuk menjadi pembicara dalam sebuah seminar "Leading Millenial Generations".
Pada akhir seminar, seorang peserta datang ke saya dan mengajak welfie.
Dia menyerahkan kartu namanya, ternyata  dia adalah seorang CEO sebuah perusahaan keluarga.

"Pak Pam, saya selalu membaca artikel Bapak setiap hari. Dan sebenarnya saya ingin menanyakan dan diskusi langsung dengan bapak tentang permasalahan talent di perusahaan saya. Boleh nggak pak kita dinner bersama setelah seminar ini?"
Tatapan mata bening di balik kacamatanya begitu mengharap.
Saya lapar, saya perlu makan, dan saya perlu bahan untuk menulis artikel saya  besok pagi (and I always find a good excuse to have dinner with a pretty lady).

Sebut saja namanya Ibu Farida, yang kebetulan juga adalah saudara kandung seorang tokoh ternama di negeri ini.
Meskipun yang dipimpinnya adalah perusahaan keluarga, tetapi dikelola secara profesional dan sekarang  berkembang pesat dengan aset yang sangat besar.

"Terima kasih sebelumnya, wah akhirnya saya bertemu juga dengan yang menulis artikel yang saya baca setiap pagi", katanya sambil tersenyum manis saat kami duduk di meja restoran Sea Food itu.
Malam itu Ibu Farida memakai setelan hijab merah maroon, yang membuatnya terlihat cerdas dan cantik.

Setelah beberapa diskusi tentang keluarga, anak dan hobby, Ibu Farida langsung bertanya ...

"Jadi begini Pak, saya itu selalu pengin tanya sekarang ini seolah olah saya itu punya 2 kompetisi.
Kompetisi untuk berbisnis dengan kompetitor saya sudah challenging bukan main. But I am ready for that, otherwise I would  not be running this business.
Tetapi saya mempunyai satu kompetisi lagi yang harus saya hadapi. Kompetisi untuk merekrut dan meretain talent talent saya.
Sekarang ini untuk mendapatkan talent susahnya bukan main. Tadinya saya harus  bersaing dengan perusahaan lain, kemudian datang perusahaan perusahaan asing yang secara prestige lebih bagus. Saya juga harus bersaing dengan perusahaan asing. Eh kemudian saya juga harus bersaing dengan start-up company. Kayaknya sekarang anak muda maunya semuanya  bekerja di start up company.
Padahal kalau mereka  bekerja kan mereka harusnya melihat dengan siapa mereka bekerja? Kalau di perusahaan yang sudah established lama, mereka akan bekerja dan belajar dari orang orang yang sudah berpengalaman. Sementara kalau di start up mereka harus bekerja dan belajar dari orang orang yang sama mudanya. Mau belajar apa?
Jadi saya susah banget menemukan talent bagus yang mau bekerja di tempat saya. Dan setelah saya berhasil dengan susah payah merekrut mereka, eh satu atau dua tahun kemudian kabur ke peusahaan lain karena digaji jauh lebih tinggi.
Mau saya naikkin gajinya, jadi njomplang sama teman teman mereka lain. Mau gak saya naikin gajinya, kabur. Padahal susah susah saya mentraining mereka. Enak amat kompetitor saya yang tinggal ngambil aja itu anak anak muda yang pintar dan sudah saya didik. Udah gitu, yang kabur pasti talent talent saya yang bagus, Top Talents nya. Gimana saya nggak menangis? Memang salah saya apa ya?"
Ibu Farida berhenti sebentar, kemudian meneguk jus kiwi, dan mulai memakan Cesar Salade nya (no wonder she is so slim!).

Kalimat-kalimat itu meluncur begitu lancar dari bibirnya, kelihatan dia punya passion yabg begitu besar dalam pekerjaannya.
I understand she must be very good and innovative in her business, she just need a little bit of help in managing her people.

Permasalahan yang dialami Ibu Farida sebenarnya bukan permasalahan yang baru, dan sebenarnya banyak perusahaan yang mengalami hal ini, bukan hanya perusahaan keluarga tetapi juga perusahaan nasional dan perusahaan asing, bahkan start up company juga mengalaminya.

Ibu Farida, the first thing I want to tell you is, you are not alone ....
And dont worry, there is something you can do.

Reality yang sekarang kita hadapi adalah dengan tumbuhnya bisnis di Indonesia, membuat jadi bertambahnya jumlah perusahaan di Indonesia.
Mereka membutuhkan begitu banyak good talents. Padahal di Indonesia lulusan universitas banyak, tetapi good talents nya sedikit.
Jadi demand supply nya timpang. Demand of good talents tinggi, supply nya sedikit. Akibatnya harga good talents membubung tinggi.
Jadi kompetisinya terbalik, bukannya good talents yang need good job ( they have it and they have a choice). But the good company need good talents.

They have a choice which company they want to work for.
Dan setelah beberapa waktu (1-2 tahun),mereka akan mengevaluasi if they want to stay or leave for another company (since they still have a choice).

Jadi perusahaan harus membuat mereka attractive (bukan hanya dari segi gajinya), dan akan membuat para talents itu mau join dan stay.

Apa yang harus dilakukan perusahaan perusahaan itu?

Berdasarkan pengalaman saya mengelola permasalahan Human Resources di beberapa perusahaan (di negara negara yang berbeda), talents membutuhkan sebuah environment yang akan membuat mereka betah.
Jadi mereka sebelum join akan cari informasinya dulu,terutama dengan menelepon teman teman mereka atau kakak kelas yang sudah bekerja di perusahaaan itu, dan menanyakan suasana dan environment pekerjaan di situ.
Their friends will  not
lie to them.
Jadi mereka akan mempunyai gambaran yang jelas sebelum mereka memutuskan untuk join.
Setelah mereka join, mereka akan mencoba dan mengexplore. Merasakan sendiri bagaimana  bekerja di situ. Kalau cocok mereka akan stay, otherwise mereka akan cabut!

Ok, jadi environment kerja yang seperti apa yang mereka butuhkan?

Remember they are your top talents. They are very smart and have very good skills that you need in your company.
No wonder they have a lot of choice.
But special people also need special things!

Inilah beberapa hal yang akan mereka observe dan sangat penting bagi top talent anda ...(baik yang akan join, maupun yang sudah join dan ingin menentukan apakah akan stay atau tidak).

1. Chance to make a difference

Mereka ingin bahwa hasil pekerjaan mereka benar benar membawa hasil yang significant bagi perusahaan. They want to have a feeling of achievement!
Bukan cuma datang jam 8 pulang jam 5. Tetapi benar benar menerjakan sesuatu dengan hasil yang kongkrit dan kontribusi yang jelas.
Untuk itu anda harus memberikan mereka project yang penging dan empowerment yang tinggi.
Give them the challene, give them the responsibility, but give them the power to decide also.

2. Meritocracy
They  need money!
Money is important to them.
Tetapi mereka juga tidak ingin santai santai dan mendapatkan bonus yang banyak.
Mereka akan bekerja keras, extremely hard, much harder than anyone else.
Tetapi mereka juga menginginkan  bonus yang jauh lebih besar.
Mereka akan benci banget melihat temannya yang bekerja sedang sedang saja, tanpa hasil yang jelas, tapi tetap mendapatkan gaji yang sama dan bonus yang hampir sama dengan mereka.
Apalagi kalau yang sedang sedang saja mendapatkan gaji yang lebih besar dari mereka hanya sekedar masa kerjanya yang lebih lama.
Kalau mereka mengtahui itu, mereka akan langsung memembuat resignation letter (remember they have a choice).
Jadi anda harus berani membayar gaji yang tinggi dengan  bonus yang jauh lebih tinggi untuk top talent yang bekerja keras dan memberikab kontribusi yang jauh lebih tinggi!

3. Hard-working Boss

Mereka bekerja keras, dan berarti sebenarnya mereka ingin yang lain juga kerja keras.
Mereka akan benci banget melihat orang lain malas malasan. Apalagi kalau kalau yang malas malasan adalah  bossnya.
Mereka menginginkan  bos yang menjadi contoh (teladan), yang mereka bisa belajar (dari segi expertise dan character).
Your top talents will choose the job based on   these 3 parameters:
- the right industry
- the right company
- the right leader

Jadi menciptakan working environment juga berarti mendidik para leader di perusahaan anda untuk mampu memanage dan mengembangkan top talent yang anda punyai.

4. Environment (Big Fish in little Pond)
Your top talents membenci birokrasi. Mereka benci menjadi ikan kecil di kolam yang besar. Mereka ingin menjadi ikan besar di kolam yang kecil.
(makanya mereka suka bekerja di start up company yang kecil, tetapi power mereka lebih besar!)
Anda harus membuat divisi divisi yang lebih kecil di perusahaan anda, anda harus membuat organisasinya flat!
Anda harus memberikan power yang tinggi kepada setiap divisi agar talent talent yang di dalamnya mempunyai sense of empowerment dan kekuasaan untuk mengambil keputusan!

5. Cool company who make cool products

Top talents anda adalag manusia manusia yang banyak bergaul.
Mereka ingin membanggakan diri kepada teman temannya. Mereka ingin membanggakan perusahaan (dan productnya) ke teman temannya.
Improve your brand awareness dan product quality.
Buat talent talent anda banggga dengan product dan perusahaan mereka!

Jadi ingat ya,  untuk membuat Top Talents mau  bergabung di perusahaan anda dan stay, inilah yang harus anda ciptakan atau anda  berikan untuk mereka ....
1. Chance to make a difference
2. Meritocracy
3. Hard working boss
4. Environment
5. Cool company who make cool products

Pambudi






Prepare Your Promotion

19.00 0 Comments A+ a-

PPREPARING FOR YOUR PROMOTION INTERVIEW (FIT & PROPER TEST)

Hari Kamis itu saya makan siang bersama dengan beberapa sahabat, Ricky, Putri dan Lelly di sebuah rumah makan Jepang di Casablanca.
Di tengah tengah pembicaraan, tiba-tiba Lelly bertanya,"Pam bagaimana saya mempersiapkan sebuah fit and proper test ya?"
Lelly adalah lulusan ITB, berusian 40-an, dan saat ini bekerja di sebuah perusahaan yang kantor pusatnya di daerah Pancoran.

Kemudian Lelly menceritakn bahwa beberapa minggu yang lalu Lelly ditelpon malam malam, dikasih tahu bahwa dia harus ikut fit and proper test di kantornya keesokan paginya.

"Kan Lelly gak siap? Mana Lelly sakit pisan. Jadinya hasilnya gak bagus. "

Lelly meneguk teh panas di depannya kemudian meneruskan,"Udah gitu kayaknya saya cuma dijadikan sparing partner. Sepertinya sudah ada calon yang mau dipasang. Tapi karena menurut proses harus ada 3-4 calon , jadinya nama saya ditaruh di situ. Bagaimana menurut Pam?"

Kita bahas yuk, dari 3 angle:
1. Proses interview
2. Bagaimana menyikapi
3. Bagaimana mempersiapkan

1. Proses interview
Memang beberapa perusahaan melakukan proses ini sebagai syarat sebuah promosi, di mana pada beberapa perusahaan, mereka akan mewawancarai beberapa talent untuk dipertimbangkan promosi menempati posisi tertentu.
Ada yang menamakannya promotion interview, fit and proper test, sidang jabatan atau apapun. Bisa dilakukan oleh Direksi, HR, atau external consultant.

2. Bagaimana anda menyikapinya?
Pertama tanyakanlah diri anda sendiri. Apakah ini sesuai dengan aspirasi anda. Ada yang lebih suka jalur functional (expertise), ada yang lebih suka jalur managerial (structural).
Kalau anda memang lebih suka jalur functional, ya sampaikan dengan baik ke atasan anda dan HR.
Kemudian, syukurilah. Berarti anda masuk dalam daftar talent talent yang dinominasikan.
Ternyata anda merasa dijadikan sparing partner then its ok. Menjadi sparring partner kan bagus, nanti pada saat anda benar benar harus bertarung beneran, anda sudah tahu suasana medan kan? Dibandingkan yang lain yang belum pernah maju ke phase ini.
Syukurilah, anggaplah ini sebagai sebuah learning event.

3. Bagaimana anda mempersiapkannya?

Nah, di bawah ini ada beberapa tips bagaimana kita bisa mempersiapka  diri untuk interview semacam ini:

a) Understand the requirement for the job (the 5-6 competences needed for the job)

Karena anda akan diinterview untuk satu jabatan tertentu, maka sebaiknya anda juga mengetahui critical competences apa saja yang diperlukan di sana (e.g. Business Accumen, Leadership, Project Management, Financial understanding, Execution discipline ...etc)
Tanyakan kepada orang lain bilamana perlu.
Tapi anda harus punya daftar 5-6 competences yang diperlukan.

b) Assess yourself against each of those competence (ready or need improvement)
Ideally you have 4 ready and 2 need improvement.

Nah sekarang coba assess anda sendiri secara objective.
Apakah dalam setiap kompetensi itu ...
- anda READY (mampu menjalankan tugas tugas yang  berhubungan dengab competence ini)
- Need Improvement (masih memerlukan bimbingan dan bantuan untuk tugas tugas di competence ini)
Jujur dan objective kepada diri anda sendiri.

c) For the competences that you are ready,
- make the inventory of previous experience and achievemen
- prepare and rehearse how you will share them (selling yourself).

Bersiap siaplah untuk interview.
Juallah diri anda.
Untuk competence yang anda ready
- ceritakan real life example dengan contoh contoh kongkret
- bila perlu, siapkan kalimat kalimat yang anda akan ucapkan, contoh contoh kasus yang anda tangani dan latihanlah (di depan cermin).

Bersiap siaplah juga untuk melakukan role play, dimana mungkin para assessor akan memainkan peran dan anda harus bermain sebagai diri anda sendiri.

Misalnya, kalau anda akan diassess dalam hal coaching (leadership), mungkin assessornya akan bermain menjadi anak buah anda yang  bermasalah, dan anda harus menjadi atasan yang meng-coaching mereka.
Dari situ akan diassess kemampuan anda sebagai leader.
Kalau anda akan di assess dalam hal managing relationship with customer, mungkin assessor akan menjadi customer yang rewel dan jahat, dan anda harus menjadi sales representativenya.
Be yourself.
Tidak usah beracting.
Bacalah skenarionya dan mainkan peran berdasarkab what would you do in the real life.
Dont be affraid. Dont panic. Be yourself.

d) For the competences that you are  not ready, identify how you will learn.
Kalau mereka menanyakan competences yang anda belum ready, jawablah dengan jujur.
Anda memang  belum menguasai kompetensi tersebut, dan jelaskan rencana anda untuk mempelajarinya.
Rencana anda harus mencakup :
- learning by yourself (buku, Internet... etc)
- learning from others (coaching)
- learning by doing (on the job)

e) Come on time and relax
Kalau anda sudah menyiapkan langkah langkah di atas, you are prepared, come on time and relax.

f) Accept the result (both ways)
Ingat apapun hasilnya syukurilah.
Kalau anda berhasil mendapatkan posisi itu, berarti anda memang pantas menempatinya, congratulations.
Kalau anda  belum berhasil, anggap saja ini sebagai learning event.
Dan anda akan tahu di mana kelemahan anda.
- Accept the result
- Understand your gaps
- Learn and improve yourself, according to your gaps

Just remember, to prepare for your promotion interview or fit&proper test, be yourself, but understand the requirement and show your strength and relevance to the job ....



Pambudi S

Move On dalam Career

19.34 0 Comments A+ a-

STARTING a CAREER TRANSITION

(Mencari benang merah dalam karier anda)

Siang itu telp saya berdering, dan seorang teman saya waktu kuliah di UGM dulu langsung berkata,"Bas, gua jemput ya, kita makan siang bareng yuk"

Sebut saja namanya Ricky (bukan nama sebenarnya), sekarang bekerja di sebuah perusahaan penerbangan di Indonesia.
Setelah bekerja selama 13 tahun di sebuah BUMN terbesar di negeri ini, dia pun keluar dari zona nyaman, mengambil MBA dan kemudian bekerja di perusahaan penerbangan itu selama 7 tahun.
Sekarang Ricky memasuki zona nyaman lagi.

Taxi Blue Bird memasuki lobby kantor saya, dan saya pun masuk ke dalamnya bersama Ricky.
"Bas, kita ke AIA center ya, ada rumah makan Indonesia namanya Putri. Kebetulan di sana ada teman saya namanya Putri juga"
Ok deh, dan mobil pun meluncur ke sana.

"Bas, saya sudah di zona nyaman lagi nih. Sudah 7 tahun di posisi ini. Saya ingin keluar dari zona nyaman. Saya ingin pindah ke industry lain. Tapi kalau kamu kan enak, kamu kerja di Human Resources, semua industry perlu HR. Kalau saya nih susah kayaknya pindah industry.
Saya ini kerjaan saya mengoptimasikan  penggunaan capacity cargo di pesawat di industri penerbangan. Bagaimana mau pindah industry. Bagaimana dong Bas?"

Sebelumnya sudah ada yang pernah menanyakan kepada saya tentang hal itu, dan mereka merasakan bagaimana susahnya mengembangkan kariernya. Karena banyak yang mengharapkan bahwa pengembangan karier itu adalah promosi .
Padahal kalau karier itu hanya mengandalkan promosi ya kadang kadang memang kita akan dapatkan, kadang kadang susah karena ...

1) Boss anda masih betah, atau
2) Pada saat boss anda ke jabatan lain, ternyata ada kandidat lain yang dipromosikan, atau
3) Kadang kadang perusahaan malah merekruit orang lain dari luar
Susah kan?
Jangan frustasi dulu , ada seribu jalan menuju ke Roma.

Kita juga harus memikirkan beberapa alternative untuk karier kita, setelah beberapa tahun di jabatan yang sama. Apa saja alternative itu? Kita lihat ya, seandainya anda sudah bertahun tahun di jabatan yang sama , selain promosi (menggantikan boss anda) alternative lainnya adalah :

1) Pindah ke posisi lain di departmen atau divisi lain (dengan level yang sama)
2) Pindah ke posisi yang sama di departement yang sama di kota  yang lain
3) Pindah ke posisi yang sama di departemen yang sama di negara yang lain
4) Pindah ke posisi yang sama di departemen yang sama di perusahaan yang berbeda di industry yang sama
5) Pindah ke posisi yang sama di sama di deparyemen yang sama di perusahaan yang berbeda di industry yang berbeda

Lihat kan , untuk 3 challenges yang anda punya di atas ternyata ada 5 oppprtunities yang bisa anda lakukan. Masih banyak opportunity  nya kan?
Jadi  berpikiran lah positive!
Masa depan masih cerah!
Masa depan ada di tangan kita sendiri!

Saya jadi teringat pada teman saya, namanya David (bukan nama sebenarnya), memulai karier sebagai Technical engineer, kemudian menajadi Technical Trainer di industri Telekomunikasi.
Pada saat dia berada di situ dia pun bertanya sebenarnya apa sih yang ingin dilakukan, what is the real purpose of his life, WHY he likes to conduct technical training?

Dan ternyata jawabannya adalah he likes to develop people. Bingo! That was his WHY! That was the real purpose of his life!
The HOW (conducting the training) and the WHAT (being a trainer in that company) are  not as important as the WHY.

Jadi karena David suka develop people, akhirnya David pun pindah ke bagian yang lebih besar Human Resources Management. Dan dia pun kuliah lagi untuk ambil MBA (dengan biaya sendiri) agar dia bisa memahami business secara big picture, kemudian dia melangkah dan melakukan career transition ke bidang Human Resources dan setelah itu kariernya pun meroket. Bahkan dengan pengalamannya di bidang Human Resources, David pun dengan flexible pindah dari satu industry ke industry lain?
Got it?
This is what all of us  need to do.

Kita kembali ke kasusnya Ricky ya ....

Kita lihat expertise nya Ricky
- expert di industry penerbangan
- expert dalam bidang commercial management (airflight)
- expert dalam bidang capacity management

Kalau kita melihat yang pertama dan yang kedua memang susah bagi dia untuk pindah industry (ingat, dia pengin keluar dari zona nyaman dan pindah industry).
Tetapi kalau kita lihat expertise berikutnya , expert dalam capacity management, bukankah capacity management juga diperlukan di perhotelan (untuk mengoptimumkan penggunaan kapasitas kamar kamar hotel i.e. occupancy rate), capacity management di telecommunication industry (me manage traffic of telecommunication channels), traffic of cargo perkapalan, capacity perusahaan logistic dan expedisi , ... etc.
Nah di sinilah kita  bisa mengembangkan ide tersebut.

Off course, memanage capacity di penerbangan , telecommunication, perkapalan dan perhotelan semuanya berbeda.
Tetapi bukankah HR di banking (yang penuh dengan regulation) , di consumer goods (di drive oleg market understanding) dan di telecommunication (driven by innovation) juga berbeda?

Semuanya berbeda!
Kunci dari sebuah karier transisi adalah menggabungkan beberapa kompetensi di mana anda sudah  bisa berkontribusi dan beberapa kompetensi di mana anda masih hatus belajar.
Biasanya proporsi yang tepat adalah 70-80 persen untuk kompetensi yang anda bisa  berkontribusi dan 20-30 persen untuk kompetensi yang anda bisa pelajari.

Ricky (dan kepada Ricky-Ricky yang lain) yang membaca artikel ini, jangan berkecil hati. Ada harapan. Dan anda masih bisa memulai dan merencanakan career transition anda.
Coba terapkan langkah langkah di bawah ini :

1. Look again at your strength, list 3 competences that you are good at

Semuanya dimulai dari analisa tentang diri anda sendiri. What are your strength, which area you are better than anyone else.
Buatlah daftar itu.
Then go to next steps.

2. Choose one competence that will be still relevant in the future
Dari ketiga strength anda, pilih satu yang lebih relevant di masa depan, dan juga yang membuat anda lebih flexible untuk berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain dan juga dari satu industry ke industry lain.

3. Develop yourself in that competence, but take a bigger scope
Nah, setelah anda memilih yang menjadi focus anda (dalam kasusnya David adalah developing people, dalam kasusnya Ricky adalah capacity management), asahlah kemampuan anda di situ, tapi dalam scope yang lebih  besar yang akan membuat anda flexible untuk pindah dari satu departemen ke departemen lain, dari satu perusahaan ke perusahaan lain atau dari satu ke industry lain.
Caranya adalah dengan belajar sebanyak banyaknya
- dari buku
- dari internet
- kuliah lagi (bayar sendiri)
- cari teman yang mau ngajarin
- berpartisipasi dan  berkontribusi pada project sejenis di kantor anda

4. Build and expand your network
Jangan lupa memperluas jaringan dan menambah teman anda di industry lain.
Dari mereka anda bisa mempelajari trend yang sedang berjalan, challenge dan opportunity yang mereka hadapi.
Tapi juga anda bisa tahu di mana ada "lowongan" yang anda butuhkan.

5. Go ahead, hunt for your dream job and sell yourself
Setelah anda melakukan langkah langkah di atas, anda lebih siap sekarang, sudah waktunya  berburu oppprtunity dan menjual "anda" sendiri.
Ingat, opportunity tidak akan pernah datang ke anda sendiri, you have to create your own opportunity.

Bagaimana kalau kita mencoba menerapkannya?

Ingat , in the end of the day, never expect that you can rely on your company, your HR, or your boss.
Seperti kata teman saya, David, the only person you can rely on to develop your  career is yourself

Embrace Your Passion