Motivator Vs MC Vs Facilitator

19.42 0 Comments A+ a-

Seru jg bicara ttg motivator...kalau kita perhatikan apa bedanya orang yg sama sama bersuara keras spt MC dan Motivator yg berada di atas panggung.

MC bisa membawa audience tertawa terbahak2x dan tidak membuat ngantuk. Selama 1 jam pun iya bisa bersuara keras lebih keras dr motivator disebelahnya yg menjadi pembicara utama.

Namun selama 1 jam MC membawa acara smp terbahak2x, ternyata tidak ada satupun ucapannya yg bisa di catat dan ditulis bahkan diingat oleh audience.

Berbeda dengan Motivator yg suaranya tdk sekeras MC tadi,  dengan waktu yg sama dan pembawaan yg cukup tenang namun banyak hal yg bisa dicatat, diingat bahkan membuat orang lain berubah dari ucapannya.

Apa yang membedakan keduanya?

Yang membedakan adalah motivator berbicara dengan "values", bukan hanya "talk" tapi "speak" with value.

Sama dengan analogi seorang ustadz yang hanya dengan duduk berjam jam tidak perlu jalan sana jalan kesini, namun tidak ada satupun jamaah yang tertidur, semua mencatat dan mendengarkan dengan seksama....?

Padahal kita biasanya menggunakan games agar audience tdk tertidur...😊

Apa yg di ucapkan oleh ustadz tadi sama, yaitu speak with values...itulah jg yg membedakan motivator dari seorang MC tadi..


by: Derli Fahlevi

Jangan Seperti Mengumpulkan Harta Disebuah Tas Yang Berlubang...

21.38 0 Comments A+ a-

"Jangan Seperti Mengumpulkan Harta Disebuah Tas Yang Berlubang..."

Engkau memperbaiki wudhu'mu, namun dengan cara berlebihan dalam menggunakan airnya.

Engkau bersedekah kepada orang yg kau anggap layak diberikan, namun engkau merendahkan dan menyakiti perasaan dan hatinya.

Engkau shalat malam, puasa di siang hari, mematuhi Rabbmu, namun engkau memutuskan tali silaturrahim.

Engkau berpuasa dan bersabar menahan lapar dan dahaga, namun lisanmu dengan mudah melaknat dan mencela.

Engkau menggunakan pakaian serba longgar dan berlapis menutupi kepala dan badanmu,  namun tdk sedikit pun engkau menjaga lisan dan sikapmu untuk lebih menghormati orang lain.

Engkau muliakan tamu, namun saat dia keluar engkau meng'ghibahinya dan menyebut keburukan-keburukannya,

Jangan kumpulkan kebaikan-kebaikanmu di sebuah kantong yang berlubang...

Engkau mengumpulkannya dengan susah payah, namun dengan mudahnya kebaikanmu berguguran karena perbuatanmu sendiri tanpa kau sadari...

Hingga akhirnya rahmat dari kebaikan-kebaikan yg kita lakukan itu hilang tak berbekas, seperti buih diterpa air laut....HABIS

Sedangkan kita sendiri tak tahu berapa banyak kah yg telah terkumpul untuk bekal kita di hari akhir nanti...

semoga ini bisa menjadi pengingat bagi kita semua atas apa yg kita telah lakukan sepanjang hari

Anggap lah orang lain lebih baik dari diri kita sendiri, agar kita selalu menghormati dan menghargainya dan agar kita selalu belajar lebih bersikap mulia kepada sesama.

Semoga bermanfaat.. 🙏

Budaya Kerja Unggul

20.30 0 Comments A+ a-

Membangun Budaya Kerja Unggul dan Maju di Perusahaan Anda

Persaingan di era globalisasi menuntut adanya budaya kerja yang bersifat lebih unggul dibanding yang telah berlangsung selama ini.

Namun, membangun budaya kerja unggulan ini bukanlah perkara mudah.

Budaya kerja lama yang sudah mengakar dalam sebuah perusahaan tak bisa mendadak begitu saja diganti karena akan menimbulkan sekelumit permasalahan lain.

Lalu bagaimana sebaiknya membangun budaya kerja unggul ini?


Pertama, budaya perusahaan tidak bisa diganti, juga tidak mungkin dibentuk secara tiba-tiba tanpa menimbulkan gejolak yang besar di semua lapisan organisasi.

Karena itu, upaya untuk menggeser budaya lama (shifting culture) lebih baik dilakukan dengan memperkenalkan budaya kerja yang baru secara bertahap sampai mencapai suatu critical mass tertentu, dalam arti diterima oleh mayoritas anggota organisasi.


Kedua, manajemen puncak bertanggung jawab penuh atas tumbuh dan berkembangnya nilai-nilai yang membentuk budaya perusahaan.

Karenanya tidak akan ada pergeseran budaya perusahaan jika manajemen puncak tidak menunjukkan komitmen dan konsistensi dalam proses semacam ini.


Ketiga, cara terbaik untuk mengajarkan nilai-nilai budaya adalah dengan menjadi role model (contoh panutan) sebab nilai-nilai budaya tidak bisa diajarkan dengan kata-kata semata.

Pimpinan harus memberikan contoh dan bertindak secara konsisten dalam praktik kerja sehari-hari. Dan perlu diingat, mengajarkan nilai-nilai tidak bisa didelegasikan kepada orang lain.


Keempat, untuk membangun budaya perusahaan yang unggul, proses perekrutan mesti mendapatkan perhatian serius dari manajemen puncak.

Seleksi yang ketat tidak saja menyangkut soal indeks prestasi kumulatik (IPK) dan kompetensi teknis calon karyawan, tetapi juga kecocokan sikap dan perilaku calon karyawan dengan budaya perusahaan.


Kelima, ketika perusahaan mengalami pertumbuhan yang luar biasa dan transformasi organisasi diperlukan maka visioning process akan membantu perusahaan untuk mengenali nilai-nilai inti yang menjadi watak dan cira khas organisasi.


Keenam, budaya perusahaan yang kuat dapat menjadi keunggulan kompepetitif yang sulit ditandingi oleh pesaing karena berakar pada nilai-nilai yang unik dalam tubuh organisasi itu sendiri.

(*/dari buku berjudul Sustainable Growth karya Andrias Harefa)